17 - Sama Tapi Berbeda

758 85 7
                                    

Javas tidak mengalihkan tatapannya dari dua orang yang sedang berdiskusi di meja panjang dengan banyaknya kertas di hadapan mereka. Javas  tidak bisa membiarkan Ghesya dan Cairul hanya berdua di dalam ruangan ini. Untung saja tadi ia ikut. Kalau tidak, Javas tahu Chairul pasti bisa saja modus pada Ghesya.

"Nah iya, Kak. Setelah itu kita pakai banner  ini," ujar Ghesya pada Chairul dengan menunjukkan buku yang berisikan diskusi mereka.

"Boleh. Lo ternyata pinter ya dalam urusan desain gini," puji Cairul.

"Kakak juga pinter kok," balas Ghesya tak enak.

"Ekhem!" potong Javas kala melihat keakraban dua orang tersebut. Tak lupa Javas seperti memperlihatkan dengan jelas gelang yang sama antar dirinya dan Ghesya.

"Javas kenapa?" tanya Ghesya bingung.

"Nggak!" jawabnya ketus.

Ghesya menganggukkan kepalanya mengerti dan kembali fokus pada buku catatan itu. Sementara Chairul menatap Javas tidak senang karena cowok itu menganggu waktunya bersama Ghesya. Tapi, Cairul tidak bisa membantah karena ini kemauan Ghesya.

"Apa lo liat-liat gue?" tanya Javas tak suka pada Cairul.

"Pede banget hidup lo. Siapa juga yang ngeliatin!" jawab Cairul tak kala sinis. "Jadi adek kelas nggak ada hormat-hormatnya,"

"Ngapain juga harus hormat? Lo bendera? Lo pahlawan?"

"Setidaknya lo sopan dengan siapa lo bicara. Umur gue lebih tua dari lo. Dan, gue juga lebih segalanya dari lo,"

"Ngaca sebelum ngata." balas Javas telak membuat Cairul diam.

"Lo liatin gelang gue sama Ghesya? Ya emang sama. Karena kita pacaran. Apa lo mau juga pacaran sama gue?"

"Gila enak banget mulut lo ngomong," balas Cairul.

"Ya kali lo terpesona sama gue. Daritadi lo liatin gue,"

"Gue liat meja di belakang lo!" elak Cairul.

"Javas, Kak Cairul, udah dong. Nanti malah jadi nggak selesai-selesai ini," ujar Ghesya menengahi.

"Dia duluan," ujar Cairul.

"Dia duluan liatin gue kayak nggak suka!" balas Javas sengit.

"Lo yang nuduh gue!" ujar Cairul.

"Lo!"

"Lo!"

"Lo!"

"Lo!"

Ghesya menutup kedua telinganya dengan telapak tangan. Tak sanggup melihat perdebatan kedua manusia yang sama-sama keras kepala. Apalagi, Javas yang sama sekali tidak mau disalahkan.

"Apa lo?!" ketus Cairul.

"Ketua OSIS tapi ngasih contoh gini sama orang lain," ujar Javas.

Cairul diam seketika. Hampir saja ia lupa bahwa jabatannya adalah ketua. Dimana ia harus menjaga image-nya dan harus berwibawa di depan siswa lain. Untung saja ini belum sampai pada hal-hal kasar. Cairul masih dapat menahannya.

GHEVASWo Geschichten leben. Entdecke jetzt