Hai update lagi.
Klik tombol vote sebelum membaca ya teman-teman.Happy reading:*
***
Tidak henti-hentinya perempuan itu tersenyum sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Jika bisa dikatakan mungkin ini adalah hari yang paling menyenangkan dalam hidup Ghesya. Javas yang melihat Ghesya senang pun hanya tersenyum. Kali ini ia berhasil membuat Ghesya bahagia.
Suatu awal yang baik.
"Javas makasih banget! Gue nggak tahu mau bilang apa lagi intinya seneng banget!" ucap Ghesya dengan semangat.
"Asal lo bahagia Sya," kata Javas tulus. "Masih sakit nggak?"
Ghesya menggeleng. "Nggak sama sekali,"
Javas mencubit pelan pipi Ghesya.
"Kapan kita jalan-jalan lagi kayak tadi?" tanya Ghesya semangat. Cewek itu seperti tidak memiliki rasa lelah. Padahal Javas hanya mengajaknya berkeliling di tempat yang tidak romantis.
"Kapan aja asal lo sehat," jawab Javas.
"S-serius?" Ghesya menatap Javas yang fokus pada jalan raya. "Berangkat sekolah juga boleh bareng?"
"Boleh," balas Javas membuat Ghesya berkata 'yes' tanpa suara.
"Seneng banget," ucap Javas.
"Banget! Banget! Banget!" kata Ghesya semangat dan menyentuh gelang yang mereka beli tadi. "Gelang ini akan jadi saksi kalau gue pernah sebahagia ini sama lo, Jav."
Javas terdiam mendengarnya. Seperti Ghesya yang tidak pernah mendapatkan kebahagiaan dari Javas. Hal itu membuat Javas sedikit malu karena tidak ada gunanya menjadi laki-laki.
"Sampe," kata Javas saat mereka sudah sampai di depan rumah Javas. Javas ikut turun untuk mengantar Ghesya masuk ke dalam rumah.
"Nggak papa sampe sini aja," ucap Ghesya.
"Serius? Gue mau izin pulang sama bokap lo,"
"Nanti gue aja yang izinin. Ini udah lumayan sore. Besok lo harus sekolah," ucap Ghesya membuat Javas mengangguk saja.
"Thanks Javas buat hari ini gue bahagia banget!"
Javas tersenyum dan mengacak pelan pucuk kepala Ghesya. "Istirahat ya,"
"Lo juga,"
"Gue pamit," kata Javas.
Ghesya mengangguk. Javas berbalik untuk masuk ke dalam mobil dan melaju meninggalkan halaman rumah Ghesya.
Sementara Ghesya? Sudah tidak bisa dideskripsikan lagi bagaimana senangnya perempuan itu. Gelang yang ia beli bersama Javas tadi terus-menerus di sentuh dan tidak lelah untuk tersenyum.
"Malam ini bisa tidur nyenyak!" ucapnya senang.
Setidaknya Ghesya pernah membentuk sebuah kisah yang idah bersama Javas.
***
Selesai menjalankan sholat maghrib, Ghesya duduk di tepi ranjang dan mengotak-atik ponselnya yang hanya tertera notifikasi dari grup dan beberapa teman kelasnya yang memberikan doa pada Ghesya.
Sementara Ghesya hanya menunggu chat dari satu orang. Javas tidak memberinya kabar dari sore tadi membuat Ghesya badmood sendiri. Ghesya 'kan juga ingin seperti orang lain yang pacaran malamnya chat sampe begadang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHEVAS
Teen Fiction[ℂ𝕠𝕞𝕡𝕝𝕖𝕥𝕖𝕕] [𝓟𝓾𝓫𝓵𝓲𝓼𝓱𝓮𝓭: 30 𝓐𝓹𝓻𝓲𝓵 2020] -𝒟𝑒𝓈𝒻𝒾𝓀𝒶 𝒜𝓇𝒹𝑒𝓇𝒶 - "𝘋𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘭𝘶𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘨𝘶𝘴 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘪𝘢𝘮," ••• Kamu cari cerita tentang badboy yang bertemu goodgirl...