Extra Part

5.1K 154 8
                                    

Yang baca nambah, yang vote gak berubah XD
_________________________________________


OLIN

"Bagaimana saksi?" terdengar suara penghulu dan sahutan saksi yang bergema mengucap 'SAH' membuatku yang berada di dalam kamar menitikan air mata.

Aku mengucap syukur dalam hati namun tak dipungkiri, ia juga sedih karena akan berpisah dengan keluarganya.

"Sweety, ayo keluar. Semuanya sudah menunggu kamu," ucap Raline mengelus punggungku.

"Mom," Aku terisak dipelukan mommy. Tangis bahagia dan sedih menyatu, hingga sekilas melihat Mommy ikut menitikan air mata.

"Shh! Udah jangan nangis. Nanti cantiknya luntur loh," gurau Mommy. Aku terkekeh disela tangisan.

Kami berdua keluar untuk menemui keluarga mempelai. Ada tiga orang yang menunggu di depan kamar. Aku dituntun oleh Mommy dan Kak Celine. Sedangkan di belakang ada kedua sahabatku yang mengikuti untuk berjaga jikalau gaunku tersangkut.

Aku memilih memalingkan wajah dari tamu yang ada. Malu rasanya menjadi pusat perhatian orang-orang.

Bahkan tanpa aku ketahui, sedari tadi Devan tidak mengalihkan tatapannya dariku yang tengah berjalan menuruni tangga.

"Cantik," ujar Devan dalam hati.

Acara berjalan lancar, dan khusyu. Doa-doa senantiasa menyertai mempelai agar diberkahi dalam menjalankan bahtera rumah tangga.

Saatnya Olin dan Devan saling bertukar cincin. Para tamu mengabdikannya dan tak urung menandai Olin di postingannya hingga Instagram Olin dibanjiri ucapan selamat dan doa. Juga permintaan maaf karena berhalangan hadir.

"Daddy serahkan tanggungjawab Olin sama kamu. Daddy harap kamu bisa membahagiakan dia. Jangan pernah lukai hatinya, karena Daddy sendiri tidak pernah tega menyakitinya. Apa kamu sanggup Devan?" tanya Daddy tegas namun matanya menunjukkan sorot sedih dan bahagia.

Putri bungsunya yang manja ini sudah ditangguhkan kepada Devan. Daddy terlihat bahagia ketika putrinya mendapat pasangan yang baik. Namun, sedih karena beliau akan berjauhan nantinya.

"Insya Allah, Devan siap Dad! Terima kasih sudah menjaga Olin dan mempercayakan Devan untuk mengambil alih tanggung jawab Daddy padaku," jawab Devan lugas.

"Baiklah. Daddy pegang semua ucapanmu," ujar Daddy. Beliau mengelus puncak kepalaku dengan kasih sayang.

"Olin, putri Daddy. Kamu anak yang baik. Walaupun manja dan masih kekanakan, Daddy selalu sayang sama kamu. Sekarang tanggung jawab kamu adalah melayani dan mematuhi Devan. Jangan pernah membantah semua ucapannya, karena ridho Devan adalah ridho Allah. Paham, Nak?" ujar Daddy dengan sedikit bergetar di penghujung kalimatnya.

Aku sendiri sudah terisak pelan. "Iya, Daddy. Makasih sudah mendidik Olin. Maaf kalau selama ini Olin belum bisa membanggakan kalian."

"Shh! Kamu sudah membanggakan kami semua. Dengan kamu berusaha menjadi istri dan ibu yang baik itu sudah cukup. Apa kamu mengerti, Sweety?" petuah seperti inilah yang membuatku semakin sulit berjauhan dengan mereka.

"Thank you, Daddy. I get it." Aku memeluk Daddy dengan erat, sedikit bayangan masa lalu bersama keluarganya mulai berseliweran.

PRINCE PILOT [END]Where stories live. Discover now