11

6.7K 308 2
                                    

Aku sedikit sedih, pembacanya lebih dari 5k tapi yang vote 1k aja gak sampe setengahnya.

Apa sebegitu susah ya buat tekan bintang?

Terima kasih juga untuk kalian yang udah vote hampir di setiap atau bahkan seluruh chapter nya

Sayang kalian sangat♥️

"Hm-Lin, kamu jangan marah terus dong." pinta Devan memelas.

Sebenarnya Olin sangat tidak suka dengan keheningan ini, tapi apa boleh buat. Karena Devan sudah membuatnya kesal setengah mati.

"Tau ah," sahut Olin tanpa melihat Devan.

"Yah gitu deh, please dong jangan marah ya." ucap Devan sambil menaik-turunkan alisnya.

Olin sebenarnya ingin tertawa melihat tingkah lucu Devan, tapi ia harus menahannya. Kalau dia kelepasan, bisa-bisa dia dikira cewe yang gampang luluh dengan rayuan.

Olin memalingkan wajahnya ke jendela agar senyumnya tidak terlihat oleh Devan.

Kamu ada ada aja tingkah nya, bikin pengen cium -eh, pengen nabok."

Olin mengulum senyum, geli sendiri dengan pemikirannya.

Olin terkejut saat tangannya di genggam oleh seseorang. Ia mengerutkan alis melihat tangannya dan wajah Devan.

"Ngapain sih?" Olin berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Devan, tapi malah semakin erat.

"Sorry, aku gak niatan bikin kamu kesal." ucap Devan lembut dan mengelus punggung tangan Olin dengan ibu jarinya.

Olin merasa perutnya mulas atas ucapan Devan, tak lama kemudian ia merasa pipinya memanas sampai ke telinga. Ia memcoba menutupinya dengan menundukkan kepala.

"Please, maafin aku ya." pinta Devan memelas dan Olin menganggukan kepalanya.

"Iya aku maafin, tapi aku gak mau kamu gitu lagi. Nyebelin banget tau gak,"

"Iya deh, janji nggak gitu lagi. Jadi dimaafin nih?" alis Devan terangkat satu sambil tersenyum miring.

"Menurut kamu?"

Devan menatap langit langit atap mobilnya sekilas, dan kembali fokus menyetir. "Hmm, gak tau deh."

Olin kesal mendengar penuturan Devan. "Tau ah, jadi sebel lagi aku sama kamu." ia memalingkan wajahnya ke arah lain dengan cemberut.

Devan terkekeh melihat tingkah Olin yang menurutnya lucu. "Iya-iya, maaf. Aku bercanda doang kok, jangan marah lagi ya."

"Tergantung, kalau kamu gak nyebelin." Olin menimbang-nimbang.

"Aku gak nyebelin, aku baik dan ganteng. Iya gak?" Devan menaik-turunkan kedua alisnya.

"Dih tuh kan PDnya over." sahut Olin

"Oke, aku gak gitu lagi. Tapi kamu jangan cemberut gitu dong, nanti orang lain gemes sama cemberut kamu yang lucu ini." Devan menoel-noel pipi Olin sambil menggoda.

Yang dirayu merasa tingkat malunya sudah diubun-ubun, sehingga ia tidak bisa menyembunyikannya lagi.

"Kamu lucu banget sih kalau lagi blushing gitu, pengen cium deh." entah dorongan dari mana Devan berkata seperti itu, ia tidak sadar bahwa sudah melontarkan kata-kata tersebut.

Olin menautkan alisnya mendengar perkataan Devan itu, dalam hatinya menjerit kesenangan. Ia merasa bahwa Devan sudah mulai jatuh hati padanya seperti ia jatuh hati pada Devan.

PRINCE PILOT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang