31

3.2K 154 15
                                    

Semakin hari, Olin tampak menyeramkan. Bukan menyeramkan dalam hal mistis, tetapi lebih ke orang yang tak terurus.

Keluarganya pun sangat sedih melihat itu, walaupun dukungan selalu diberikan tetap saja tidak terlalu berpengaruh.

Semua keluarga sudah mengetahui apa yang menyebabkannya seperti itu. Namun, belum diketahui pasti apa yang membuat Olin memutuskan hubungan pertunangannya.

"Sweety, apakah kamu ingin ke Milan. Mungkin, bila kamu ke sana akan lebih tenang. Mommy nggak tega melihat kamu seperti ini terus-menerus."

Olin memeluk mommynya. "I'm so sorry Mom. Karena aku kalian semua terbebani, aku bingung dengan diriku sendiri."

Raline mengelus rambut Olin, mungkin dengan itulah kasih sayang serta dukungannya tercurahkan.

"Kamu tidak membebani siapapun, termasuk Mommy. Kita semua sangat sayang sama kamu. Melihat kamu yang selalu sedih dan murung menjadi pukulan tersendiri bagi Mommy. Mommy merasa gagal merawat kamu, Mommy juga sedih semakin hari kamu seperti memiliki duniamu sendiri yang gelap."

Olin menangis, ia menyurukkan wajahnya ke leher Raline dan semakin mempererat pelukannya.

"Kalau kamu mau bercerita silakan. Mommy selalu mendengarkan apa yang menjadi kegelisahanmu, atau kamu juga bisa cerita ke Kak Celine dan Daddy. Mereka juga pasti akan selalu mendengarkannya."

Mendengar itu Olin semakin tergugu dalam tangisnya. Ia merasa lelah, takut, khawatir, dan putus asa.

"Mom, bagaimana jika aku jauh dari sini semua akan kembali seperti semula? Dimana semua masih aman dan tak ada yang terbebani?"

Raline melepaskan pelukan Olin dan menangkup wajahnya. "Apa yang kamu maksud itu berhubungan dengan Devan, hm?"

Olin mengangguk. "I'm scared, Mom. If I continue this engagement, it will put him in danger."

"Bahaya apa yang kamu maksud? Coba beritahu, Mommy."

"Ada seseorang yang mengancamku, dia bilang akan melukai Devan kalau pertunangan ini tetap dilanjutkan. Aku takut dia nekat melukai Devan, karena itu aku memutuskan untuk membatalkan pertunangan ini. Aku bingung Mom, disatu sisi aku tidak mau dia terluka karena pertunangan ini, di sisi lain hatiku juga terluka melakukannya."

"Kenapa kamu tidak mendiskusikan bersama Devan. Mommy yakin, apa yang kamu lakukan ini hanya membuat kalian jauh lebih terluka."

Raline terkekeh pelan membuat Olin kebingungan. "Mommy mau kamu diskusikan ini bersama Devan. Setelah kamu menceritakan semuanya, Mommy yakin kamu akan menyesalinya. Apa kamu belum diberitahu oleh Devan sebelumnya kalau dia itu seorang intel?"

Olin terkejut mendengarnya, dengan mulut sedikit terbuka dan mata membulat. Ia termenung.

Apa itu? Intel?

Agen rahasia?

Devan?

Bagaimana bisa?

Dia ditarik kembali pada kenyataan ketika sebuah tangan mengelus rambutnya.

"Jadi, sekarang kamu bersih-bersih terus makan. Kamu hubungi Devan untuk cari tahu kebenarannya, nggak baik juga terus-terusan berdiam diri."

Olin dengan cepat menganggukkan kepala. Ia berlari dengan cepat mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Raline tersenyum sembari menggeleng. Walaupun umur putri bungsunya sudah dewasa, sifat polosnya tidak pernah hilang. Raline keluar dari kamar Olin lalu menyiapkan makan siang.

PRINCE PILOT [END]Where stories live. Discover now