30

3.5K 142 8
                                    

Heyo... Halo guys! Delin kambek nih.

Pakabar semuanya???? Sedih banget ya Ramadhan kali ini ga bisa adain bukber sama temen dan saudara.

Tapi, doakan semoga semuanya lekas membaik seperti semula, dan jangan lupa untuk mengikuti arahan pemerintah yaa.

REBAHAN itu GAK SELALU BURUK. Dengan REBAHAN kita bisa MEMBANTU para MEDIS yang BERJUANG mengobati yang terinfeksi.

Lagipula rebahan itu enak loh, hahahaha.

Jangan lupa vote dan komennya

Jujur, komen next dari kalian aja udah buat aku seneng tau:(

- - - - -

Sudah dua minggu ini, Olin dan Devan benar-benar tidak berkomunikasi lagi setelah kejadian pada hari itu.

Devan tau bahwa Olin melakukan hal tersebut karena terdesak. Dan ia terus berusaha untuk menyelidiki apa motif si pelaku melakukannya. Ia pun melakukan hal itu tanpa diketahui oleh siapapun, bahkan keluarganya sendiri.

Devan memang tertutup untuk menyelidiki kasus, karena tak ingin orang terdekatnya terluka. Devan cukup gesit dalam penyelidikan karena ia pernah menjadi seorang intel. Benar memang, itu pekerjaan yang sangat membahayakan.

Ia bertahan pada profesi itu hanya beberapa bulan saja. Karena pekerjaannya ditentang keras oleh ibunda, kecuali oleh sang ayah.

Ia tidak mau mengambil resiko dengan menyakiti ibunda. Ya, menyakiti hati ibunda lebih menyedihkan dan tentunya akan mendapat pembalasan yang menyakitkan.

Ponsel Devan yang berada di saku celananya bergetar pelan. Ia mengambilnya dan mengangkat panggilan itu.

"Halo."

"...."

"Awasi terus, jangan sampai lengah. Dia bukan sembarang orang," kata Devan tersirat.

"...."

"Baik, saya tunggu kabar selanjutnya."

Hahaha, sepertinya permainan kali ini lebih seru. Dia tidak tahu siapa yang sedang menjadi lawannya. Devan akan membuat Dia tahu bagaimana mengatur tips and trick yang baik.

- - - - -

"Lin, ayo makan dulu. Kamu sarapan hanya sedikit. Kalau kamu kurang asupan, bisa-bisa kamu sakit," ucap Raline. Olin mengangguk lesu dan menerima sarapan yang dibawakan mommynya.

Raline mengelus rambut Olin sambil menatap sendu. Ia tak tega melihat puterinya seperti ini. Ibu manapun pasti seperti itu.

"Kalau kamu mau cerita, bisa kok cerita sama Mom."

"Thanks, Mom. But, I want alone for this time."

"Okay, not to long. Can you promise?"

Olin mengangguk. "Yeah, promise. Thank you."

"Jangan berpikir kamu sendiri, Sayang. Kami semua selalu ada untukmu," ucap Raline lembut.

"Ya, I know Mom. Terima kasih untuk semuanya," kata Olin memeluk Raline erat.

Raline hendak keluar dari kamar Olin setelah mencium kening puterinya. Ia menghela napas panjang.

Semoga ini semua cepat berakhir, pikirnya sebelum menutup pintu.

Tak jauh berbeda, Devan pun menjadi pemurung. Devan begitu merindukan Olin. Tidak! Dia sangat sangat merindukan Olinnya.

PRINCE PILOT [END]Where stories live. Discover now