13

5.7K 256 3
                                    

Ini sebenernya gue di bawa kemana sih, tempat wisata kok sepi begini. batin Olin.

Apa jangan-jangan pekik Olin dalam hati takut. Karena ia di bawa ke tempat yang sepi tapi, masih ada beberapa orang dan itu tidak dikenalnya.

Devan yang merasa tangan Olin yang digenggamnya gemetar lantas menoleh dan tersenyum.

"Kamu gak usah takut, aku gak bakal apa-apain kamu kok. Tenang aja," Devan tersenyum lembut membuat Olin merasa sedikit tenang dan nyaman bila bersamanya.

Olin dituntun ke sebuah tempat yang jaraknya lumayan jauh sekitar 100 meter dan ternyata ...

Mata Olin terbuka lebar seperti ingin lepas dari matanya, mulutnya pun menganga. Menyadari mulutnya terbuka lebar, ia langsung menutup mulut dengan telapak tangannya

"I–ini ka–mu tau," Olin tergagap, bahkan sebelum menyelesaikan kalimatnya sudah dipotong oleh Devan.

"Iya, aku ngajak kamu ke sini karena belum banyak orang yang tau. Juga di sini aku merasa nyaman dan tenang. Setiap ada masalah apapun itu pasti aku ke sini buat nenangin diri."

Devan mengungkapkan isi hatinya dan semua yang ingin ia beritahukan kepada Olin.

Dengan ketidaktahuan banyak orang dengan tempat ini, menjadikan tempat ini sejuk dan asri. Tanaman di sini masih terjaga apik dan rapi. Bahkan ini menjadi spot yang tak kalah mengagumkan dengan tempat wisata lainnya.

"Wow, ini tempatnya indah banget. Kok kamu tau sih tempat kayak gini?" Olin terpekik melihat pemandangan tanpa melihat Devan.

Devan tersenyum manis. "Kamu senang?"

"Senang banget, aku senang kalau diajak ke tempat kayak gini. Yang masih asri, sejuk dan jauh dari kebisingan. Kapan-kapan kalau kamu mau ke tempat kayak gini ajak aku ya!" pinta Olin pada Devan sambil memeluk lengan Devan.

Devan yang kaget akhirnya terdiam, sesaat kemudian ia tersenyum. Olin yang tersadar langsung melepaskan tangannya dari lengan Devan sambil tersenyum kikuk.

"Maaf," Devan mengangguk.

"iya gak apa–apa kok," Devan menarik Olin ke dalam pelukannya, Olin yang sempat tegang akhirnya menikmatinya.

Keheningan menyelimuti mereka, karena keduanya masih menikmati pemandangan indah yang berada di hadapan mereka ini. Mereka terkagum atas ciptaan Tuhan yang indah itu.

"Lin,"

"iya?"

"Kamu senang gak sama perjodohan ini?" tanya Devan lembut tanpa penekanan sedikit pun.

Alis Olin mengkerut bingung, ia belum bisa menjawab lantas membalikan pertanyaan kepada Devan.

"Kok kamu nanya gitu?"

"Hm, gak apa–apa. Lupakan," ujar Devan tanpa melihat Olin.

Keduanya kembali terduam, sampai Devan yang mengakhirinya.

"Lin, kita cari makan dulu yuk. Sudah mulai siang." Devan mengulurkan tangannya pada Olin.

Olin mengangguk dan menerima uluran tangan Devan. Mereka mencari tempat makan sederhana di sekitar. Walaupun seperti gubuk, tapi tempat ini cukup nyaman untuk ditempati dan makanannya pun enak.

PRINCE PILOT [END]Where stories live. Discover now