32

2.6K 135 6
                                    

Votenya dund, gak sampe 5 detik kok
Semangat update dong jadinya aku

Komen juga nyok untuk kapal satu ini!

______________________________________

Olin berlari keluar dari ruangan tersebut dengan mengendap-endap. Ia harus siap sedia bila ada sekawanan penculik itu masih berjaga.

"Hmm, mereka tidur rupanya."

Tanpa pikir panjang, Olin segera beranjak keluar. Rumah kosong ini ada pagar tembok yang lumayan tinggi—sekitar lima meter, tapi tidak ada penyekat. Hanya tembok tinggi, tanpa tiang.

"Udah lumayan lama kayaknya gue nggak keluarin keahlian yang gue punya. Ada faedahnya juga ternyata," ucapnya terkekeh.

Olin menjauhi pagar tembok itu, lalu mulai berlari mendekat. Dan....

Grap! Olin berhasil naik ke atas tembok dengan mulus, hanya sedikit terasa linu pada lengan kanannya karena sudah lama tidak lompat tinggi.

"Pulang-pulang urut lagi ini sih," gumamnya.

Olin melompat turun, dan celingukan mencari jalan. Dengan berbekal mencari jejak di tanah, ia berhasil menemukan sebuah petunjuk. Ada jejak ban mobil yang tidak terlalu dalam dan sedikit memudar.

Ia segera menusuri jejak tersebut dan menjauhi rumah kosong itu. Ia harus cepat sebelum mereka menangkapnya kembali. Karena waktu juga sudah mau malam.

"Lari! Lari! Lari!" ujarnya menyemangati diri.

Petang menunjukkan keindahannya. Sinar matahari meredup yang artinya akan berganti malam.

Sedari tadi Olin terus berlari, dan kurang memperhatikan jalan. Sehingga menyebabkan dirinya terjerembab ke tanah.

Banyak sekali darah yang keluar karena ranting pohonnya menusuk cukup dalam.

Ia beristirahat sejenak untuk menetralisir rasa sakit yang terasa.

"Huh... haus banget. Gak ada rumah warga apa ya di sekitar sini, mau mampir deh gue."

Olin menelisik sekitarnya. "Sialan, bener ini tengah hutan persis. Niat banget sih mereka nyulik gue. Kalau gue mati kehausan, bakal gue gentayangin mereka. Liat aja!"

Olin memejamkan matanya sembari mengatur napas. Sekelebat bayangan terlintas di pikirannya.

"Breh, cewek ini cantik juga. Icip dikit boleh kali," ucap salah satu preman, ah salah penculik yang berambut gondrong.

Teman penculik berambut gondrong menceletuk. "Lo mau mati? Gue nggak bakal larang juga kalo lo mau icip. Tapi, gue nggak ikut-ikutan kalo Bos tau lo berbuat sesuatu sama sanderaannya."

"Ya, lo jangan bilang ke si Bos. Bagi dua deh. Lo atas, gue bawah. Gimana?" saut penculik gondrong.

"Cuih... ogah sih gue. Tampang imut tapi aslinya pemberontak. Gue suka yang kalem-kalem, Bro!" saut teman si gondrong.

"Halah! Bilangnya aja lo nggak mau, tapi pas disodorin langsung digaet," ujar gondrong.

"Ya, siapa juga sih yang nggak mau kalo dikasih," ringis teman si gondrong sambil menggaruk tengkuknya.

Si gondrong melipat tangan kirinya di dada untuk menumpu tangan kanannya yang mengelus dagu. "Eh tapi ya, maunya si Bos sama ni cewek satu tuh apa ya? Kok keliatannya ni cewek kagak ada arogannya kayak sebelum-sebelumnya?"

Teman si gondrong menautkan alis. "Iya juga ya. Penasaran gue juga,"

"Udahlah, bagenin aja. Lo! Awasin dia. Gue jaga depan ama si Choky,"

PRINCE PILOT [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu