20

5.7K 256 5
                                    

Votenya jangan lupa ya sebelum membaca

Dulu-dulu gak ada semangat buat lanjutin, eh pas nyicil dikit dikit bisa juga sampe chapter 20 ini. Seneng banget akhirnya cerita ini bisa dituangkan.

Eh jadi curhat nih maap ya😅

Happy Reading
_________________________________________

Sebuah mobil toyota innova terparkir sempurna dihalaman rumah keluarga Reynald, itu adalah salah satu mobil keluarga Olin.

Keluarlah Olin dari mobil tersebut dengan tergesa-gesa. "Assalamualaikum," dia mengetuk pintu rumah itu tiga kali dengan cepat.

Hingga pada salam kedua, barulah ada seseorang yang menjawab salamnya dari dalam. "Waalaikumsalam, iya tunggu."

Pintu megah itu terbuka menampakkan seorang wanita paruh baya yang merupakan Mama Dyan. "Eh kamu, Lin. Ayo masuk dulu. Harusnya kamu langsung masuk aja!" ajaknya dengan merangkul bahu Olin.

Olin mengangguk. "Enggak enak, Ma." sahut Olin.

Dyan terkekeh. "Gak enak gimana?"

"Ya kan Olin bukan siapa-siapa, jadi gak enak aja." ujar Olin.

"Kan kamu disini juga kita anggap anak, jadi kenapa gak enak sih?" sahut Dyan membuat Olin bimbang.

"Ya udah, kamu tunggu di ruang keluarga aja ya. Mau dibuatkan minum apa?" Dyan menawarkan kepada Olin.

"Eggak usah repot-repot, Ma. Oh iya, Papa ada di rumah gak?" tanya Olin sesampainya di ruang keluarga.

Dyan mengangkat alisnya. "Bener nih gak mau diambilin minum?" Dyan memastikan.

Olin mengangguk. "Iya Ma, ada yang aku mau omongin sama Mama dan Papa soalnya." Olin terlihat sangat serius membuat Dyan terdiam.

Kemudian Dyan mengangguk. "Papa ada di dalam, tunggu sebentar ya." Olin kembali menganggukan kepala.

Ia pun menatap punggung Dyan yang semakin lama semakin menjauh, dan menetralkan nafasnya yang sedikit tak beraturan.

"Ya Allah, bila dia masih hidup tunjukkanlah kami petunjuk agar dapat bertemu dengannya!" lirih Olin dalam hati. Tak lama kemudian, terdengar ketukan sendal yang berhentakkan dengan lantai.

Kevin dan Dyan berjalan beriringan memasuki ruang keluarga tersebut. "Siang Olin," sapa Kevin mendekat ke arah Olin lalu memeluknya.

Olin berdiri langsung mendekati Kevin. "Siang Pa," Olin membalas pelukannya.

"Kamu udah sehatan Lin?" tanya Kevin sambil memegang lengan atas Olin.

Olin mengangguk. "Iya Pa, alhamdulillah udah baikan."

Dyan dan Kevin tersenyum. "Ya udah yuk duduk dulu," ajak Kevin.

"Ada yang aku mau omongin Pa, ini soal Devan." ucap Olin serius dan membuat Dyan serta Kevin mengernyit bingung.

"Kamu mau omongin apa, Lin?" tanya Kevin yang sama seriusnya. Matanya menyorot Olin lamat-lamat.

"Jadi gini, kalau kita cuma mengandalkan polisi aja, Devan akan sulit ditemukan." ujar Olin.

"Nah Olin pikir gimana kalau kita cari Devan ke seluruh jalur penerbangan dari sini ke Dubai, siapa tau dengan kita mencari seperti itu lebih cepat ditemukan." usul Olin kepada Kevin.

Kevin mencoba berfikir sedangkan Dyan masih terdiam mendengarkan dengan baik. "Tapi itu tidak mudah, Lin. Dilihat lagi dari Bandara Soeta-Dubai itu panjang dan luas. Belum lagi melewati lautan yang bisa membuat orang terombang-ambing," sahut Kevin.

PRINCE PILOT [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें