25

4.3K 223 6
                                    

Maaf, ini baper mode on. Bagi yang jomblo harap siapkan hati dan bantal buat gigit-gigit.

Vote sebelum membaca + ramaikan komennya

Happy Reading.

Setibanya di bandara Soeta, Devan beserta keluarga tak lupa Olin pun langsung menuju kediaman keluarga Reynald.

Dalam perjalanan tepatnya dalam mobil pribadi milik Kevin, dengan Kevin sendiri yang mengemudi. Di lain sisi, tangan Devan dan Olin masih saling bertaut.

"Dev, sehabis ini kamu mau lanjut nugas atau istirahat dulu?" tanya Kevin yang tetap fokus mengemudi.

"Kayaknya rehat sebentar, Pa. Hm, paling cuma wawancara tentang kronologis kemarin," sahut Devan tenang.

"Iya, kamu jangan lanjut dulu Van. Mama masih takut sama yang kemarin tau." Terlihat sekali raut kekhawatiran Dyan, semuanyapun merasakan.

Devan tersenyum maklum. "Iya Ma, Mama tenang aja."

"Tuh! Udah ah gak usah parno gitu, anaknya aja biasa-biasa aja," ujar Kevin.

Dyan menatap suaminya dengan kesal. "Namanya juga takut Pa. Kan anak laki satu-satunya tuh cuma dia," ucapan Dyan membuat semua orang terdiam tak menanggapi, kalau ditanggapi akan berlanjut tak berujung.

Selama perjalanan diisi dengan keheningan, dengan Devan yang terlelap bersandar di bahu Olin sembari menggenggam erat tangannya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya mereka sampai di kediaman Kevin.

"Dev, bangun sudah sampai," Olin menepuk pelan pipi Devan berulangkali. Hingga Devan terbangun sambil mengucek kedua matanya.

"Bangun dulu, nanti lanjut tidur di dalam aja." Devan menganggukan kepalanya saja.

Setelah semua turun dengan membawa koper masing-masing, mereka menuju ke kamar masing-masing.

"Olin, kamu ke kamar Devan aja dulu."

"Tapi Ma—"

"Mama yakin, kamu sama Devan gak ngapa-ngapain. Toh kalau kalian ada apa-apa akan di nikahkan secepatnya," Dyan tersenyum senang.

"Mama ini apa-apan sih, urusan menikah biar mereka aja yang merencanakan. Kita cukup membantunya saja."

"Tapi, kan Pa—"

"Udah ayo kita masuk. Lin masuk aja ya, jangan lupa suruh Devan bersihkan badannya. Dia kalau sudah ketemu kasur susah dibangunin," ujar Kevin sembari mengelus rambut Olin.

Olin mengangguk kikuk. "Iya Pa, pasti Olin laksanain."

Kevin tersenyum lebar. "Ya sudah tunggu apalagi. Gih masuk, kamu pasti capek, kan?"

"Nggak juga, Pa," jawab Olin cengengesan.

"Ya udah, Olin masuk dulu ya Ma, Pa," lanjutnya yang dibalas oleh angukkan kepala.

Sesampainya di depan kamar Devan, Olin membuka pintu dan benar seperti dugaannya. Devan sudah meringkuk di atas kasur tanpa mengganti pakaiannya.

Olin memilih mengganti pakaiannya dulu, baru membangunkan Devan. Setelah mengganti pakaian, Olin langsung menghampiri Devan yang masih saja terlelap.

"Dev, ganti baju dulu dong. Ga enak, kan tidur pakai baju itu," Olin membangunkan Devan dengan menepuk lengannya pelan.

"Hmm," gumam Devan.

"Ih ganti baju dulu, ayo bangun. Nanti lanjut lagi!"

"Nggh," erang Devan.

"Subhanallah banget ya ini anak dibanguninnya," dengus Olin sambil berkacak pinggang.

PRINCE PILOT [END]Where stories live. Discover now