23

6.5K 300 21
                                    

Disarankan untuk memutar mulmed yaa, biar ngena gitu hehe ... maaf partnya gaje-gaje.

Happy Reading
________________________________________

Waktu terasa berjalan sangat lama. Itulah yang dirasakan oleh Olin. Ia sampai berkali-kali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Ya Allah, dia selamat. Syukurnya dalam hati. Olin merasa sekujur tubuhnya bergetar hebat, entah mengapa bisa seperti itu.

"Lin, kamu tenang aja. Jangan panik gitu dong," kata Dyan menghampiri Olin yang sedang duduk di samping jendela melihat awan di luar pesawat.

Olin menoleh kemudian menghirup napas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan.

"Kamu udah makan belum? Kalau belum, ayo kita makan dulu," ajak Dyan.

Olin menggelengkan kepalanya. "Nggak Ma, aku gak lapar. Mama sama Papa makan duluan aja," ujarnya.

Dyan tersenyum. "Ya udah, nanti kalau lapar tinggal bilang aja ke pramugari di sini ya." ucapnya lembut.

"Iya, Ma," jawab Olin.

Singkat waktu, akhirnya Dyan, Kevin, dan Olin telah sampai di bandara yang terdapat di pulau Sudong. Akan tetapi, sebelumnya Kevin sudah meminta izin untuk mendaratkan jet pribadinya di pulau itu.

"Pa, ini kita ke mana lagi?" tanya Dyan melihat sekelilingnya bingung.

"Papa sudah menyuruh orang untuk menyusuri pulau ini, semuanya sudah menyebar ke seluruh arah mata angin. Sekarang kita ikut mencari Devan juga agar cepat bertemu," ucapnya tetap tenang.

Terlihat Dyan, dan Olin sibuk menyimak perkataan Kevin, lalu menganggukan mengerti.

Kevin sudah menyewa mobil untuk dirinya beserta lainnya, kemudian ia mengajak Dyan, dan Olin untuk menuju ke parkir mobil berada.

"Ayo semua masuk," ujar Kevin membuka pintu belakang mobil, lalu beralih ke pintu samping kemudi.

"Where to go?" tanya supir ketika semuanya telah masuk ke dalam mobil.

"Pa, Devan bilang dia berada di tepi pulau. Pasti dia ada di daerah pinggir pantai, kita datangi tempat pinggir pantai aja," usul Dyan. Kevin yang sebelumnya menoleh ke belakang langsung beralih ke arah supir.

"Baik, akan saya antar kalian ke setiap pantai di pulau ini."

"Loh bapak paham dengan ucapan saya?" tanya Dyan.

Sang supir terkekeh dan melihat ke spion yang berada di atas untuk melihat ke arah Dyan. "Saya tahu, karena saya pernah tinggal di Indonesia selama satu setengah tahun."

"Oalah," sahut Dyan mengerti.

"Ya sudah, kalau begitu antarkan kami ke pesisir pantai di pulau ini pak," pinta Dyan.

Sang supir mengangguk. "Baik," jawabnya.

Supir tersebut mulai menyalakan mesin mobil, dan mulai meninggalkan posisi awal mereka.

- - - - -

Pertama kali Olin memijakkan kaki di pulau ini, satu kata yang ia hendak ucapkan 'sejuk' itulah yang ia rasakan.

Memang, tempat terpencil masih sangat elok untuk dikunjungi. Lebih baik dia berada di pedalaman dari pada harus menghirup udara kotor di kota besar.

"Udara di sini sejuk dan seger banget." gumam Olin dengan mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Benar-benar indah. Itulah yang diucapkannya dalam hati.

PRINCE PILOT [END]Where stories live. Discover now