39 - Kecewa

229K 19.9K 1.9K
                                    

WARNING‼️

Hati-hati ya bacanya 🤗🤗🤗

Boleh siapin dulu tisunya

Santai-santai 😆😆😆

Selamat membaca
😍😍

*****

Sarah Annara

Setelah empat hari dirawat di rumah sakit, akhirnya hari ini aku bisa pulang ke rumah dan aku bisa menghirup udara segar. Tapi beberapa hari ke depan, aku masih harus minum obat dan vitamin. Well, itu lebih baik dari pada harus berlama-lama disini.

"Ini minum dulu vitaminnya," ucap Mami sembari memberi sebutir obat dan segelas air putih.

"Mami kapan balik ke Bali?" tanyaku setelah meminum obat.

"Kenapa? Gak suka lihat Mami disini," ucap Mami alih-alih menjawab pertanyaanku.

Mami sedang sibuk memasukkan baju-bajuku ke dalam tas. Mami tidak memperbolehkanku untuk membantunya beres-beres.

"Bukan gitu, Mi. Tapi Papi kan sendirian di rumah."

"Enggak usah khawatir sama Papi. Kamu sembuh total dulu, baru Mami pulang," sahutnya lalu duduk di sofa setelah selesai beres-beres.

"Aku nggak sakit parah, Mi."

"Tetap aja namanya sakit," balas Mami dan aku hanya bisa menghela napas. Kalau begini ceritanya, aku tidak bisa melawan.

"Pacarmu datang jam berapa?" tanya Mami.

"Gak tahu, Mi. Mungkin pas jam makan siang," jawabku. Kemarin malam Pak Gian bilang akan menjemput kami di rumah sakit dan mengantarkan kami pulang ke rumah Om Haris.

How so sweet he is.

"Tapi ngomong-ngomong, kamu kok nggak cerita ke Mami kalau kamu udah punya pacar."

"Mmmm belum siap aja," sahutku karena aku tidak tahu dan aku tidak berani mengatakan alasan sejujurnya. Aku tahu Mami bakal bahas ini, tapi melihat gimana respon Mami ke Pak Gian juga orang tua Pak Gian kemarin itu udah buat aku senang.

Aku langsung beranjak menuju sofa dan duduk di samping Mami. Mungkin akan lebih enak ngobrol disana karena jaraknya dekat ke Mami.

"Jadi, Om dan Tante udah tahu?"

"Udah, Mi."

"Tapi jujur aja, Mami gak terlalu suka kamu pacaran saat ini."

Deg.

"Kamu itu kuliah, Ra. Kamu itu merantau kesini untuk studi, belajar, bukan pacaran," tutur Mami dan seketika raut mukaku berubah. Mami selalu seperti itu.

"Mami nggak suka kalau aku pacaran sama Pak Gian?"

"Ares? Mami belum tahu. Tapi lihat gimana kalian kemarin aja udah buat Mami mikir yang enggak-enggak tentang dia. Mami kira Ares beda dari laki-laki lain, tapi sama aja."

Damn. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi kalau menyangkut itu. Aku merutuki diriku dalam hati. Kenapa aku kelepasan saat itu, ahh sial.

"Mami khawatir kamu kenapa-napa. Mami sangat-sangat takut kalau hal yang enggak-enggak terjadi sama kamu, Ra," sahut Mami sambil menatapku lekat-lekat.

"Kamu itu satu-satunya anak Mami."

I know that. Tapi itu bukan menjadi alasan untuk aku nggak boleh pacaran kan.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang