10 - Keluarga Mahastama

272K 28.2K 2.6K
                                    

Hai hai semuanya....
Welcome back
Klik BINTANG yg di kiri bawah dulu yaaa... 🥰🥰🥰

*****

"Emmm, Pak Gian masih lama nggak, Dek?" tanyaku pada Feli karena jam sudah menunjukkan angka lima. Setelah kami berbincang banyak, aku putuskan untuk memanggilnya Dek Feli. Kami juga sempat bertukar nomor ponsel.

Udah kayak menang lotre aja. Tiga anggota keluarga dari pemilik kampus sudah kumiliki nomor ponselnya. Besok-besok siapa lagi ya?

"Kak Nara kok manggilnya Pak Gian sih, aneh tahu," sewotnya padaku.

"Loh, kan namanya memang---"

"Mas lebih suka dipanggil Ares."

"Oh gitu ya..."

"Kak. Aku mau nanya sesuatu. Tapi harus jawab jujur ya Kak."

"Iya, nanya apa Dek?"

"Emmm Mas Ares ganteng nggak Kak?"

"Serius itu pertanyaannya?" Feli hanya mengangguk. "Pak Gian ganteng kok, ganteng banget malah," jawabku jujur.

"Tuh kan bener, tebakanku bener." Aku menatap Feli yang menyipitkan matanya padaku. "Kakak suka ya sama Mas ku?"

Astaganaga. "Ya ampun Dek, Kakak bilang ganteng itu belum tentu Kakak suka," ucapku sambil tertawa.

"Ye... Kak Nara. Jangan-jangan Kakak punya pacar ya?" ucapnya kepo.

"Nggak Dek, masih jomblo nih dari lahir," sahutku yang mengundang tawa Feli.

"Nggak percaya aku Kak."

Tok tok tok.

"Eh siapa ya?" tanya Feli padaku. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Kemudian ia mengangkatnya.

"Ya. Bentar," jawabnya kepada si penelepon.

"Bentar ya Kak, Mas ku yang satu lagi datang."

"Ohh, iya," jawabku. Saat ini kami berada di kamar yang mewah, masih satu lantai dengan kamar yang dimasuki Pak Gian beberapa jam yang lalu.

Untunglah aku diajak makan siang oleh Feli, kalau tidak, bisa-bisa aku mengamuk kepada Pak Gian karena menelantarkan aku di hotel mewah ini.

"Siapa, Dek?"

"Kak Nara, kenalin ini Mas Kiano, Kakak keduaku," jelasnya padaku tanpa menjawab pertanyaan laki-laki ini.

"Ohh, saya Sarah. Sarah Annara. Mahasiswi Pak Gian." Aku langsung berdiri saat melihat Feli dan seorang laki-laki datang kehadapanku.

"Ganteng banget," batinku.

"Saya Kiano Alvaro," balasnya tersenyum sambil membalas salam tanganku.

"Sudah makan, Dek?" tanyanya pada Feli. Pak Kiano duduk santai di sofa sebrangku sambil memainkan ponselnya.

"Sudah kok," jawab Feli asal.

"Diajak Mas Ares?" tanya Pak Kiano sambil menatapku yang kujawab hanya dengan anggukan.

Pak Kiano ini benar-benar jiplakan Ibu Ana. Mirip banget. Udah ganteng, manis pula, sopan lagi. Beda jauh sama Pak Gian.

"Eh eh eh, kok Pak Gian sih. Ganti-ganti," ucapku dalam hati.

"Fel, kamu berapa bersaudara sih?" tanyaku mulai kepo tentang keluarga Pak Gian, selagi Pak Kiano nggak ada disini. Sekalian nanti mau tanya tentang perempuan yang pernah kulihat di rumah sakit bersama Pak Gian.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang