33 - Interogasi 1

217K 20.5K 757
                                    

Long time no see you guys...

Gimana kabar kalian🥰🥰🥰

Hari ini aku double up loh...
Hope you enjoy

By the way, thanks so much buat 15K reads nya

Selamat membaca🤗🤗🤗

*****

Setelah tiba di rumah, Tante Renata menahanku di ruang makan. Sementara Om Haris sibuk dengan ponselnya, lalu ada Bang Rafael dan Bang Refan yang turut menatapku meminta penjelasan.

Sudah hampir lima menit aku hanya memilin tanganku.

"Ra?" panggil Tante Renata.

"Aku nggak dilamar, Tan. Tapi-"

"Tapi dikasih cincin. Coba lihat sini," gumam Bang Rafael sambil menarik tangan kananku.

"Wah, mantap dek. Tingkatkan," ujar Bang Rafael sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Pak Gian nggak ngelamar, Tan. Pak Gian cuman bilang dia mau serius sama aku,"

"Ya sama aja dek," ucap Bang Refan.

"Terus kamu bilang apa?" tanya Tante Renata kepo.

"Makasih."

Krik krik

"Itu doang?" tanya Bang Rafael penasaran dan aku mengangguk.

"Kasih cincin itu pertanda serius loh," ucap Om Haris tiba-tiba. Ternyata Om menyimak sejak tadi.

"Jangan gantungin perasaan anak orang dek," ujar Bang Rafael.

"Aku nggak gantungin kok," ucapku membela diri.

Memangnya aku harus menjawab apa saat Pak Gian hanya mengutarakan isi hatinya. Lain hal kalau Pak Gian bertanya apa aku mau serius dengannya.

"Ngomong-ngomong, Om sama Tante setuju kalau aku pacaran sama Pak Gian?"

Tante Renata menggenggam kedua tanganku lalu tersenyum lembut ke arahku.

"Kalau kamu nyaman dan tidak terbebani, Tante setuju kok. Ares juga baik orangnya," jawab Tante Renata.

"Om?" tanyaku dan Om Haris mangguk-mangguk saja.

"Kelarin dulu kuliahnya, baru bisa nikah. Itu aja dari Om," celetuk Om Haris tiba-tiba.

Kenapa jadi bahas nikah sih? Aku kan cuman nanya setuju apa nggak kalau aku pacaran sama Pak Gian.

"Rafael juga, kelarin dulu spesialisnya. Kalau Refan, kurangin main-mainnya," tambah Om Haris menasihati kami.

"Iya pi," jawab Bang Rafael dan Bang Refan patuh.

"Iya Om," sahutku sambil tersenyum geli melihat Bang Rafael dan Bang Refan.

Jarang banget lihat mereka terdiam begini, nggak berkutik sama sekali. Om Haris hebat.

"Tahun ini bisa selesai kan studi kamu?" tanya Om Haris ke Bang Rafael.

Oke. Interogasinya pindah ke Bang Rafael saat ini.

"Bisa pi," jawab Bang Rafael.

"Udah punya rencana nikah?"

"Belum pi," jawab Bang Rafael

"Kalau gitu dua tahun lagi udah bisalah nikah. Refan juga, Papi sudah pengen cucu," tambah Om Haris dan Bang Rafael hanya mengangguk.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang