59 - Pingsan

169K 15.6K 2.3K
                                    

Hari ini double up 😍😍
Gimana perasaanmu?

Jangan lupa vote dan comment yang banyak ya🥰

Ares mengawasi nih 🐊

Judul babnya "pingsan"

Kira-kira siapa yang pingsan?

Ares?

Nara?

Beri teorimu bucinmu, kira-kira kenapa tokoh yang kamu pilih pingsan? 😜

Happy reading 🧡🧡

*****

Sarah Annara

"Miss Nara, jangan nangis lagi dong."

"Lǎoshī. Saya udah sa-salah. Saya ud-udah jahat sama suam-mi saya."

Aku tidak bisa lagi membendung air mataku sejak Lǎoshī Elin membaca terjemahan aksara bahasa Mandarin tulisan Mas Ares.

Aku semakin menangis kencang karena kesimpulan dan parsangka negatif yang kubuat sendiri terhadap suamiku-Mas Ares.

Maafkan aku, Mas.

"Lǎoshī. Lǎoshī nggak ngada-ngada kan terjemahinnya? Saya takut ini cuman mimpi."

"Miss Nara. Saya sudah menerjemahkannya dengan benar. Saya nggak tahu masalah apa yang sedang dihadapi Miss Nara. Tapi semoga Miss Nara tetap kuat, yang tenang, dan semua pasti ada jalan keluarnya," balas Lǎoshī Elin sambil mengelus pundakku dari depan.

Entah bagaimana nanti jalan keluarnya. Aku harap jalan keluar yang memuaskan juga menyenangkan.

Aku menatap Lǎoshī Elin yang duduk di sebrangku. Kemudian tangisku pecah lagi mengingat semua isi diary Mas Ares.

"Saya harus gimana Lǎo-shī? Saya harus gimana nebus kesa-lahan saya?"

"Yang sabar ya, Miss."

Aku menelungkupkan wajahku di atas meja coklat ini. Hari ini begitu mengejutkan untukku. Semua tentang Mas Ares, tentangku dan masa lalu.

Benar kata Hana, aku perempuan paling bego se-Indonesia. Suaraku kian menggema di ruangan baca ini, air mataku makin mengalir deras kala mengingat perkataan Mas Ares yang mau cari perempuan lain-istri baru.

Oh Tuhan, tolong aku, semoga itu nggak terjadi. Aku cuman mau Mas Ares seorang. Nggak boleh yang lain, hanya aku yang boleh jadi istrinya.

"Miss Nara, tenangkan diri dulu. Setelah itu kita cari jalan keluar," ucap Lǎoshī Elin mencoba menenangkanku. Mungkin dia tidak tega melihatku yang menangis seperti ini.

"Sa-saya takut, Lǎoshī."

Blam!

"NARA!"

"KAK NARA!"

"Ha? Mas Ares?" Aku terkesiap melihat Mas Ares yang sedang berlari ke arahku. Ditambah Feli dengan wajahnya yang kelihatan takut. Ini kenapa? Kenapa Mas Ares bisa di sini?

"Ini Mas Ares?" tanyaku masih tidak percaya kalau yang berdiri di hadapanku saat ini adalah Mas Ares-suamiku.

"Iya, Kak," jawab Feli pelan.

Aku langsung berhambur memeluknya tanpa peduli dengan konsekuensinya. Tangisku kian pecah membasahi kemeja abu-abunya.

"I'm sorry," ucapku di sela-sela tangisku.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang