35 - Mantan & Kiss

267K 22.2K 3.5K
                                    

Halo para pembaca Dosen Bucin...

Aku mau ngucapin terimakasih banyak buat kalian karena udah buat cerita ini jadi rank 1 di #getaran kemarin, juga dengan rank lainnya yang super duper.

Makasih banyak pokoknya udah dukung cerita ini
❤️❤️❤️❤️❤️

Aku tidak tahu mau bicara gimana lagi, intinya aku sayang kalian♥️

Semoga kalian tetap menemaniku dalam cerita ini, tetap baca, vote, juga komen.

Selamat membaca
🤗🤗🤗

*****

Setelah tiba di lobi apartemen, Pak Gian langsung mengajakku untuk berbelanja di mal yang ada di bawah apartemen. Bangunan tinggi ini memang terdiri dari mal dan apartemen. The best deh pokoknya, tidak perlu jauh-jauh untuk belanja dan hang-out.

Pak Gian dengan setia mendorong troli dan mengikutiku kemanapun aku melangkah.

"Bapak mau makan apa?" tanyaku saat kami memasuki dunia perdapuran.

"Apa aja, Ra. Asal kamu yang masak," jawabnya enteng dan aku hanya bisa memutar bola mata.

"Oh gitu. Ya udah, mi instan ini aja," ujarku menunjuk mi instan yang ada di dalam troli.

"Ya jangan dong, Ra." Pak Gian mengacak rambutku.

"Tas kamu taruh disini aja sayang," tambahnya santai. Walau Pak Gian sering memanggilku begitu, tapi tetap ada rasa geli saat aku mendengarnya. Lalu tanpa menunggu lama aku langsung menuruti perintahnya, menaruh tasku dalam troli.

"Bapak sukanya sayur apa?" tanyaku saat kami berjalan di lorong sayur-mayur.

"Saya suka semua sayuran, Ra," jawabnya.

"Wow. Jadinya mau makan apa hari ini?"

"Mmm yang berkuah mungkin."

"Oke. Capcay mau?" tawarku dan ia menganggukkan kepalanya.

Aku mulai mengambil bahan-bahan untuk memasak capcay, mulai dari sayur, daging ayam serta bumbu pelengkapnya.

"Bapak tahu nggak?"

"Apa?"

"Kenapa capcay banyak jenis sayurnya?"

"Mmm mungkin biar lebih enak."

"Salah."

"Karena penemu capcay suka makan sayur."

"Ada-ada aja. Serius deh, Pak."

"Nggak tahu. Memangnya kenapa?"

"Capcay. Cap artinya sepuluh, cay artinya sayur. Jenis sayuranya ada sepuluh."

"Tapi, sayur yang kamu ambil belum ada sepuluh jenis. Berarti belum capcay dong."

"Untuk memasak capcay, sayurannya nggak mesti sepuluh jenis, Pak."

"Oh gitu. Saya baru tahu. Makasih loh infonya."

"Sama-sama," balasku lalu mengambil sebungkus udang dan bakso ikan.

"Apa lagi ya?" gumamku pelan sambil mengecek satu per satu bahan yang sudah ada di troli.

"Pak."

"Hhmm."

"Udah siap. Ayo bayar," ucapku tapi Pak Gian tidak menyahut.

"Kayaknya bakal seru deh kayak mereka. Happy family."

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang