28 || Percobaan Mengontrol Diri

Start from the beginning
                                    

"Ra, lo udah bilang sama adek lo?" tanya Asep tiba-tiba membuat Dara menepuk jidatnya. Ia lupa soal adiknya itu. Dengan segera ia mengambil ponsel di saku roknya. Menghela napasnya pelan, beberapa panggilan serta pesan dari Kio bermunculan.

Lil' Bro

P
P
P
Kak
P
Kak
Astaga
Woi
Uddh jam brp
Kak
Kak araa
Kak gw cemas ni
Udh jam brp
Kakkkkk

Iyaaa
Ini udah dibales Ki

KMN AJA SI

Santai dulu ya santai
Ini otw balik, tadi ada urusan bentar

CPTAN AH
BIKIN CEMAS AJ
UTG ENGGA SMPE KI SUSULIN KE SKLHN

Galak amat sih..
Iya ini otw kok

CEPETAN

Santai Ki TT

"Gue balik duluan ya, Kio udah ngamuk," ucap Dara sembari mengambil tasnya dengan terburu-buru.

"Lah ngapa tuh bocah ngamuk?" tanya Farzan heran.

"Tadi gue kan gak jadi balik," Dara menggendong tasnya dipunggung kemudian menatap mereka. "Adek gue protektif."

"Yaudah, kita sekalian balik aja. Nanti juga kita ngumpul di sini buat les, kan?" usul Asep yang disetujui oleh semuanya.

"Sya, lo bisa bawa motor?"

"Eh, iya," Dara tiba-tiba teringat sesuatu, "motor lo masih di sekolah bukan?"

"Iya, udah gak bakal dimaling soalnya gue naronya di parkiran guru, gerbang juga kan udah dikunci," sahut Ersya kemudian sembari memakai jaketnya.

"Yaudah, cabut."

***

"Loh, Sya? Emangnya lo udah baikan?" tanya Dara heran saat mendapati Ersya yang sudah duduk manis di samping Asep.

Ersya tersenyum kemudian mengangguk cepat. "Gue kan gak lemah, Ra."

"Tapi letoy."

"Jen, kalo ini kursi gue lempar ke Ardi boleh gak?"

"Ersya galak ih, PMS ya?"

Ersya langsung bergerak mengangkat kursinya seakan-akan hendak dilempar pada Ardi. Reflek, cowok tengil itu berlari ke belakang Alfa.

"Santai, Sya, santai. Jangan tegang kek pas ngebokep."

"Astagfirullah, Bapak Ardi Jubaedin," sahut Andra langsung sembari menggeleng kepalanya pelan sembari mengelus dadanya.

"Aduh keceplosan."

"Berantem mulu anjir gak bosen apa," sungut Revan yang sedari tadi diam.

"Lo juga gak bosen ngebo -mmphh!" sebelum Ardi semakin melunjak, Farzan bergerak langsung menutup mulut cowok itu. Tatapannya kemudian beralih pada Dara yang sedari tadi terbengong-bengong tak paham apa yang baru saja terjadi.

"Ra, mulai aja yok daripada ini orang utan makin menjadi."

Dara tersenyum menahan tawa kemudian mengangguk mengiyakan. Ia pun bergerak menuju kursinya, hendak mengeluarkan peralatannya, namun Jena tiba-tiba datang menghadang.

"Kayaknya kafe bakal sibuk soalnya ada yang nyewa pengen rayain ultah anaknya. Kayaknya lu pada kagak bisa belajar di sini," ujarnya membuat semuanya mengernyitkan alis bingung.

"Terus di mana?" tanya Dio kemudian.

"Belakang kafe aja, kan ada lapangan luas tuh sama gazebonya. Lu pada ke sono aje, tar gua anter makanan ma minuman dah."

Dara menatap semuanya, seolah meminta persetujuan. Ia tidak mau mengambil keputusan sendiri. Toh, yang ingin belajar bukan dirinya sendiri.

"Yaudah gas aja."

"Anter ye Jen, awas kagak."

"Gapapa sih daripada di sini, riweuh euy."

"Ada janda kembang kagak, Jen?"

"ASTAGFIRULLAH FARZAN," reflek Ersya berseru.

"Ada."

"SERIUSAN? SIAPA?"

"Kambeng betina yang rumahnya di seberang gazebo baru cerai."

"MAMPUS," sontak saja tawa langsung menyembur setelah mendengar jawaban Jena yang membuat wajah sumringah Farzan seketika menjadi masam. Harusnya ia sadar bahwa dirinya sedang dipermainkan oleh sepupu Ersya itu.

"Sialan lo, ya."

Jena hanya mengangkat bahu tak peduli. Lagipula ia tidak tahu letak salahnya di mana. Memang benar kambing tersebut berpisah dengan pasangannya ketika sudah mengandung. Jadi, kambing tersebut janda bukan?

Memang pemikiran Jena aneh.

"Udah bego tar keburu udah pada datang yang mau nyewa," ucap Alfa meredakan tawa. Kemudian kedua matanya beralih pada Dara yang masih berusaha menghentikan tawanya. "Ayok, Ra."

Dara mengangguk paham kemudian memasukkan barang-barang yang sempat ia keluarkan tadi. Ia menggendong tas ranselnya kemudian bangkit berdiri.

"Yaudah, ayok."

"Gue tiba-tiba pengen belajar bahasa Minion," celetuk Farzan tiba-tiba seraya berjalan menuju gazebo di lapangan belakang.

"Gue pen belajar bahasa kelinci bwa-bwa."

"Bwa-bwa? Bwa-bwa-bwa-bwa?" menirukan suara kartun kelinci putih nakal yang tayang setiap pagi, siang, dan sore, Ardi terlihat memulai dramanya.

Tak ingin kalah, Andra membalas, "Bwa! Bwa-bwa-bwa!"

"Bwa --- "

"Hai manusia tolol, mau berenti atau gue tarik bibir lo pada?"

"Ersya PMS nih."

"Beliin Kirante."

Farzan menggeplak kepala Andra lalu menyahut, "Kiranti goblok, kirante minuman haram apaan."

"Suka-suka gue dong, congor congor sape?"

"Congor setan."

"Astagfirullah Farzan kamu berdosa banget," sahut Ardi tiba-tiba.

"Oh iya maap mulut gue typo," balas Farzan dengan ekspresi berlebihan sembari menutup mulutnya.

"Mulutnya aktif yah, Bun."

"Iya, Om. Apalagi kalo pake lidah beuhhh keabisan napas tar Om sama aku."

"Dongo tolol."

***

yamaap late update sama rada garing ehe 👉👈

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now