extra chapter I

99 17 16
                                    

Tap here to start reading

Lagu : Just Stay (Hyolyn)

OST K-Drama 😌 Still 17 yang aku tonton di tipi, hm. Sebelumnya, OST Itaewon Class ye😂 Duh, aku kenapa si?

Assalamu'alaikum. Lama nggak jumpa, hiyaaa! Emang belum pernah ketemu juga, wkwk. Siapin plastik, takutnya enek gitu. Soalnya aku yang ngetik aja agak hm.

Putus Aja! jan lupa masukin ke library. Aku lanjut di Wattpad, kok.

Oiya, aku nulis di platform lain. Namanya KBM App. Ada yang tau? Cek sendiri, deh. Temuin aku di sana dengan username yang sama.

Screaming Out by DesiYayaaa

***

Ayo! Sider pada keluar, dong! Aku kangen notifikasi Wattpad:(

***

Sudah berapa lama Kila tinggal di Yogyakarta? Satu, dua, atau tiga tahun? Ah, yang jelas lebih dari itu pastinya.

Banyak hal telah berubah. Kila bukan lagi cewek pemalu atau pun cewek yang hanya tahu jaket oversize beserta celana trening untuk dijadikan outfit andalan. Juga bukan Si Thinker yang selalu sibuk memikirkan ini-itu hingga sakit kepala.

Kila yang sekarang berani berjalan sendirian, berani angkat tangan ketika ingin menyampaikan, serta berani kenalan untuk memperbanyak kawan.

Sesederhana itu.

Hari ini ...

Dia berada di tengah keramaian. Dia mengenakan kebaya modern, juga riasan natural di wajah. Dan dia tersenyum pada semua orang yang memberinya ucapan selamat. Tampak begitu bahagia. Sebuah toga memang telah menjadi sebab, namun  alasan utama yang membuat Kila merasa lengkap adalah keberadaan keluarganya.

They celebrate the moment with their own way. And I will not tell you the detail of how perfectly it is. Only by imagine, so you can feel them.

"Teh," panggil Hanan. Dia bukan lagi bocah berkepala botak, melainkan anak laki-laki yang sudah setinggi bahu Kila. Hanan kelas empat SD sekarang.

"Apa?"

"Jangan foto terus atuh. Aku nggak bisa senyumnya."

Memang, sejak tadi Kila sibuk potret sana-sini. Cewek itu tertawa melihat wajah Hanan yang merengut.

"Nggak senyum juga kamu tuh ganteng, Nan." Kila memperlihatkan layar ke Hanan. Lalu menggeser satu-persatu foto yang berhasil diambil. "Gimana?" tanyanya.

Hanan mengacak kesal rambutnya. Tampak terlalu remaja untuk bisa dikatakan sebagai anak usia 9 tahun. Sebentar lagi dia memasuki masa pubertas. Gemas banget haha.

"Eh, kamu nggak mau ngasih apa gitu ke Teteh?"

"Nggak."

"Masa gitu?"

"Emang Teteh mau aku kasih apa?"

Kila terdiam, mencoba berpikir. Namun saat ia hendak mengatakan sesuatu, suara Rahma mendahuluinya.

"Dia bisa sampai ke sini aja perjuangan banget, lho."

Dia ingat, adiknya itu sering mabuk kendaraan. Naik angkot saja dia teler, apalagi naik pesawat?! 

Arah pandang Kila beralih pada Hanan. Memerhatikan raut memelas adiknya. Namun ketika mulut Kila terbuka, saat itu Hanan memberinya sesuatu. Cowok kecil tersebut tidak membiarkan Kila berkicau. Jujur, ia pusing karena terlalu banyak suara yang didengar. Hanan hanya tidak terbiasa berada di tempat ramai.

Masa, sih? (Revisi) Where stories live. Discover now