38. Sebatas Orang Asing

290 32 111
                                    

Tap here to start reading

IG : desiirmynt_
        desiyayaaa

Eng ing eng (Lagunya) : Tetap Dalam Jiwa (Isyana Sarasvati)

Hai, kalian! Pasti kangen sama aku, wkwk. Ngaku!

ABCD : Kamu nggak mau coba tentuin target gitu, Des?

Yaya : Kalau aku targetin komentarnya sampe 500, emang bisa?🤣 Aku tau mana aja pembaca yang rajin komentar disetiap chapter. Dan emang belum banyak. Aku nggak mau bikin jempol mereka (kamu semua) keriting😂

Sudahlah. Semampunya dan sedapetnya. Hehehe.

Teman-teman, patuhi imbauan pemerintah ya. Stay at home. Nggak usah kemana-mana dulu. Kalau mau keluar pun (untuk urusan pentiiing), harus stay safe ya. Inget, jaga jarak. Jangan lupa cuci tangan. Intinya jaga kesehatan diri sendiri –dan orang lain. Dan yang paling penting, terus berdoa untuk kebaikan kita semua:)

Kalian masih tetap bisa produktif meskipun #dirumahaja. Iya 'kan? Dahlah, bawel akutu:D Enjoy!

Etetet.... Ada yang ketinggalan.

Selamat buat teman-teman yang lulus SNMPTN!

Buat yang nggak lulus, semangat terus ya! (Ah, kadang ada orang yang kalo disemangatin malah down. Maaf, sayang.)

Enjoy!

***

Saat ini, bagi Kila satu menit rasanya sama seperti satu jam. Ia terus bergerak gelisah. Tangannya yang mulai keringat dingin di bawah meja juga enggan berhenti untuk saling meremas. Dari gelagatnya, Kila tampak begitu tidak nyaman. Namun, kedua orang yang berada satu meja dengannya justru berlagak seolah tidak ingin tahu.

"Buat kamu."

Kila menatap sejenak sebuah drawing pen yang baru saja Lingga taruh tepat di hadapannya. Kening cewek itu mengernyit sekilas. Sebelum matanya beralih. Kila nyaris salah fokus ketika menangkap senyuman Lingga.

"Seriusan Kak Lingga kasih ini?" tanya Kila sambil menggeleng. Ia tidak habis pikir. Cewek itu tertawa miris sebelum melanjutkan, "nggak modal banget, sih kamu, Kak."

Bukannya tersinggung, Lingga malah ikut tersenyum hingga lesung pipinya muncul. Ia cengengesan. Malu sendiri. Sebenarnya Lingga punya alasan untuk itu, tapi ia tidak akan membiarkan Kila mengetahuinya.

"Aku nggak mau terima." Ucapan Kila sukses membuat Lingga melongo. Sedangkan satu orang yang lain hanya mampu tersenyum getir. Ada perasaan senang ketika melihat Lingga ditolak oleh Kila.

"Kenapa?"

"Ada orang yang bisa lebih menghargai pemberian Kakak dibanding aku."

"Siapa?"

"Mantan kamu."

Seketika mata Lingga mengarah pada Aura. Raut kaget –sekaligus bingung– yang tergambar di wajah Lingga benar-benar kentara. Kila tertawa sumbang setelah sempat melirik Aura. Ekspresi cewek itu tidak jauh berbeda dengan yang Lingga tunjukkan.

"Kenapa, sih kamu itu gampang banget salah paham?" tanya Lingga terdengar geram.

Tatapan Kila berubah nyalang. Buru-buru cewek itu melayangkan protes. Ia tidak suka Lingga berkata begitu.

"Bagian mana yang Kak Lingga sebut salah paham?" tantang Kila tak mau kalah.

Kepala cewek itu menggeleng tak percaya usai menoleh pada Aura. Sekali lagi, Kila tertawa sumbang. Sementara Lingga bungkam. Bibirnya hanya bergerak ragu. Padahal, kalau pun Lingga ingin beralibi, Kila sama sekali tidak berniat akan melarang. Pada akhirnya, cewek itu mengembuskan napas kasar karena Lingga tidak juga mengatakan sesuatu.

Masa, sih? (Revisi) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora