Prolog

3.4K 165 50
                                    

Tap here to start reading

***

Free class. Sama sekali bukan kondisi kelas yang membuat Kila nyaman berada di dalamnya.

Kila melipat kedua tangannya di atas meja, lantas menyembunyikan wajahnya yang tampak sayu di sana. Kila berusaha memejam, tapi yang terjadi justru kegaduhan sekitar terasa lebih menusuk indra pendengarannya.

Saat ini ada yang sedang berteriak kesal karena main game, rumpi sembari tertawa ngakak, menggambar di papan tulis menggunakan spidol, saling kejar-kejaran, sibuk foto sana-sini untuk postingan media sosial, bahkan ada juga yang membuat konser musik dadakan. Serta jangan lupakan penyanyi kelas, dari yang suaranya seperti meninabobokan sampai yang menyengat gendang telinga.

Kila terperangkap dalam ruang berisik itu. Terpaksa harus menjadi pendengar dengan mencoba menikmati sebisanya.

Hingga kemudian, Kila merasakan guncangan keras pada bahunya. Cewek itu mengangkat kepala, lantas menatap orang di depannya dengan sorot terusik sekaligus penuh tanya.

"Eh, gue punya kenalan," ucapnya memulai. Sepasang mata cewek bernama Shofi itu tampak berbinar ketika mengatakannya.

Kening Kila berkerut samar sebelum menegakkan punggung walau rasanya begitu enggan.

"Nyata adanya? Bukan cuma di HP, 'kan?" tanya Kila, terselip tawa di tengah suaranya. Bibirnya yang pucat membentuk senyum mengejek meski hanya berupa ulasan tipis.

Shofi mencebik sekilas. "Nggak virtual, nggak asik!"

"Baper, kok, sama ketikan." Selang dua detik, sebuah telapak tangan mendarat di bibir Kila. Menampar pelan, membuat mata Kila menyalak tidak terima.

"Mulut lo, ya!" Shofi bersungut-sungut. "Iri bilang, nanti gue cariin," imbuhnya. Cewek itu sejenak mengalihkan fokus pada layar ponselnya, lalu memperlihatkan sebuah foto pada Kila. "Menurut lo ganteng nggak?" tanyanya.

Kila hanya mengedikkan bahu, tidak berminat untuk menanggapi. Namun, Shofi berhasil memaksa Kila hingga kini tubuh cewek itu condong ke arahnya, sementara sepasang mata Kila menatap apa yang tengah ia tunjukkan.

"Gue ngerasa dia itu mirip sama seseorang, tapi nggak tahu sama siapa," ucap Shofi.

Tidak ada sahutan. Kila masih sibuk meneliti wajah asing yang terpampang di layar. Kemudian, tanpa sadar ia menggumamkan satu kalimat.

"Mirip aku nggak, sih?"

"Hah?"

Kila menggeleng, tidak berniat mengulang apa yang sempat dikatakannya. Kila menarik tubuhnya kembali pada posisi semula. Bersamaan dengan itu, ia gagal menahan matanya untuk tidak melirik sekali lagi. Lalu, setelah sadar tentang apa yang tengah ia lakukan, Kila kontan melengos. Mengenyahkan pemikiran bodohnya dari dalam kepala.

"Sampai kapan, sih, kita free class?" tanyanya, mencoba mengubah topik.

Shofi menoleh. Dalam rentang tiga detik itu, Kila sadar Shofi berusaha menangkap semua yang tampak pada wajahnya.

"Mungkin sampai gue dan gebetan virtual bisa sah secara agama dan hukum?" jawab Shofi dengan nada bertanya serta dagu terangkat angkuh.

Kila mengembuskan napas berat. Hanya itu respons yang bisa ia berikan untuk candaan Shofi. Tanpa bicara apa pun lagi, Kila berdiri. Ia baru berjalan selangkah saat suara Shofi terdengar.

"Mau ke mana?" tanyanya.

"Toilet. Ikut?" Kila balas memperlihatkan tampang angkuhnya pada Shofi.

"Ogah!" Tangan Shofi bergerak mengusir, kemudian memilih menyibukkan dirinya dengan berswafoto.

Kila tidak membuang waktu. Ia segera melenggang menuju toilet. Rupanya suasana sepanjang koridor kelas yang Kila lewati hampir mirip dengan suasana kelasnya.

Hanya ada beberapa kelas yang lumayan kondusif. Pintu dari salah satunya terbuka, tepat ketika Kila baru saja melewatinya. Seseorang keluar, berdiri dengan tangan masih memegang kenop, sembari menatap lurus punggung Kila yang telah menjauh.

Kila tentu tidak menyadarinya. Cewek itu mempercepat langkah, bahkan jadi setengah berlari. Saat hampir memasuki salah satu bilik toilet, tiba-tiba ponsel yang berada dalam saku rok abunya bergetar. Mau tak mau, Kila memeriksanya. Ada notifikasi pesan WhatsApp dari Shofi.

Shofi : Send you a picture

Kila mengernyit selagi menunggu foto yang dikirim Shofi terbuka. Hingga wajah yang beberapa waktu lalu Kila sebut mirip dengan wajahnya sendiri, kini bisa ia lihat tanpa khawatir soal keberadaan Shofi.

Shofi : Yang tadi. Namanya Alif.

Shofi : Bener, sih. Mirip sama lo.


Selanjutnya, jantung Kila berdegup lebih cepat, entah untuk alasan apa. Bukan suatu hal yang bisa ia abaikan. Ini terasa tidak wajar.


***

Senin, 15 April 2019

Aku rapiin penulisannya. ^^
19 September 2021

Masa, sih? (Revisi) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant