36. Pura-pura Lupa

294 31 48
                                    

Tap here to start reading

Pura-pura Lupa (Mahen)

Let's be friend on Instagram :
– desiirmynt_
desiyayaaa

Hayo! Lagi rebahan ya? Semangat buat kita semua. Stay safe ya, teman-teman. Semoga selalu terlindungi di manapun kita berada. Aamiin.

Nggak pake revisi. Kalau ada typo, atau hal nggak jelas lainnya, tandain aja. Enjoy!

***

Di tengah lapangan sana, Lingga dan yang lainnya sedang latihan basket. Cowok itu baru saja berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Acungan jempol Lingga dapat dari teman-temannya. Lantas, ia hanya tersenyum kecil.

Hingga beberapa saat kemudian, kegiatan tersebut berakhir. Mereka langsung berkumpul. Lalu mendengarkan dengan serius tentang hal-hal penting yang di sampaikan oleh Kapten basket.

"Oke, itu aja dari gue. Tetap jaga kekompakan kalian. Gue rasa, latihan kali ini udah cukup." Si Kapten pun mengakhiri bicaranya.

Lingga berjalan menjauh dari lapangan. Ia meraih tasnya, kemudian bergegas menuju toilet untuk berganti baju. Namun, langkah cowok itu terhenti saat menemukan seseorang tengah berdiri kaku. Kening Lingga mengernyit heran.

"Lo ngapain ada di sini, Ta?"  Yang ditanya tampak gelagapan. Tata seperti terkejut atas kehadiran Lingga yang tiba-tiba berdiri menjulang di hadapannya.

"Gue ... nungguin lo," jawabnya pelan.

Bola mata cewek itu bergerak ke sembarang arah. Tidak berani menatap Lingga. Sebenarnya, bukan itu alasan Tata berdiri sejak setengah jam lalu. Tapi, ia tidak ingin jujur. Biar Lingga tetap menganggapnya sebagai cewek yang tidak mau rugi.

Lingga tahu maksud Tata menunggunya latihan. Ia melengos. Saat itu, matanya bertemu dengan sorot penasaran milik Aris.

"Ris, kadie!" (Ris, sini!) teriak Lingga.

Melihat Aris berjalan ke arahnya membuat Tata mendesah berat. Bukan ini yang dia mau. Tata tidak pernah berharap akan satu mobil lagi dengan cowok itu lagi.

"Anterkeun deui yeuh si Tata. Urang aya kaperluan keneh." (Anterin lagi, nih si Tata. Gue masih ada keperluan.)

Dahi Aris berkerut samar. "Asaan keur teu hujan da," (Perasaan lagi nggak hujan,)

"Emang nggak. Pokoknya anterin aja lah. Gue duluan, ya."

Tanpa melirik Tata sedikitpun, Lingga segera pergi meninggalkan kedua orang itu. Aris menggaruk pelipis saat Tata menatapnya tajam. Ia bingung. Aris tidak tahu salahnya di mana. Bahkan ketika Tata sudah berlalu, cowok itu masih membeku.

***

Usai mengganti bajunya, Lingga pergi ke kantin. Pesanannya datang saat ia tengah menghubungi seseorang. Lingga tersenyum sopan –sebagai pengganti ucapan terimakasih– pada perempuan paruh baya yang mengantarkan makanannya.

"Iya. Bentar lagi gue UAS."

"Gue nggak mau tau, lo harus ketemu Kila. Perjelas hubungan kalian. Gue nggak suka perasaan temen gue di gantung kayak gitu."

Lingga cengengesan mendengar ocehan Rahman. Cowok itu tetap mengunyah mie gorengnya dengan santai.

"Gue sepupu lo, kalau lo lupa," ucap Lingga mengingatkan.

Masa, sih? (Revisi) Where stories live. Discover now