42. Aku Harus Apa?

195 24 65
                                    

Tap here to start reading

🎶 : Halu (Feby Putri)

IG : desiyayaaa
(Tapi gausah follow kalau ada niatan buat unfoll)😂

desiirmynt_ juga boleh. Bebaslah. Ga follow juga gapapa.

Share kalau menurutmu layak. Vote dan komentar boleh kapan-kapan hahaha.

Hostpot** Enjoy this chapter.

***

Begitu melihat kedatangan Aura, Kila tersenyum hangat. Ia menutup buku yang sedang dibacanya, lalu menoleh pada Aura ketika cewek itu baru saja duduk. Bibir Kila sudah terbuka, hendak menyapa. Namun, Aura justru memalingkan wajah ke arah lain. Hal itu membuat Kila menghela napas panjang, tetap mencoba memaklumi.

"Kila!"

Teriakan itu berhasil mengalihkan atensinya. Kila mengedarkan pandangan untuk mencari sumber suara, lantas menemukan Shofi yang tengah berjalan cepat menuju tempatnya. Cewek itu berhenti tepat di depan meja Kila, kemudian langsung mengatakan maksudnya tanpa menghiraukan keberadaan Aura.

"Gue belum sarapan."

"Terus?"

"Ya anter ke kantin, dong!"

"Minta tolong, kok kayak orang ngajak ribut gitu, sih?"

Shofi berdecak dan menggerutu dalam hati. Kila tidak paham kalau dirinya enggan berdekatan dengan Aura. Emosi Shofi selalu tersulut, apalagi setiap ingat bagaimana cara Tamira ketika menyambut kedatangan mereka hari itu.

"Mau nganter atau nggak?"

"Oke." Kila mengangguk sambil mengembuskan napas berat. Cewek itu berubah lembut ketika tubuhnya miring menghadap Aura. "Kamu mau ikut?" tawarnya.

Yang ditanya tampak berpikir beberapa saat. Aura menatap Kila dan Shofi bergantian. Raut keraguan sekaligus bingung tercetak jelas di wajahnya.

"bo-leh?" tanyanya agak terbata.

"Sure," jawab Kila.

Ia berdiri dengan semangat, mengabaikan Shofi yang mungkin tidak setuju ia mengajak Aura. Melalui sorot matanya, Kila meminta pengertian. Sementara Shofi hanya bisa tersenyum kecut, mengalah.

Selang beberapa menit, ketiganya sudah berada di kantin. Tidak ada obrolan sama sekali. Shofi anteng memakan roti gorengnya, sedangkan Aura minum susu hangat.

Kila sendiri tidak memesan apapun. Rahma tidak pernah absen membuatkannya sarapan juga bekal untuk makan siang. Ia hanya menunggu sambil bermain ponsel. Sesekali kekehan kecil terdengar dari bibirnya.

"Lo chatting sama siapa, sih?" tanya Shofi yang sudah kelewat penasaran.

"Teman," jawabnya singkat.

Teman yang ia maksud adalah Lingga. Tapi Kila tidak akan menyebut namanya secara gamblang di hadapan Aura. Kila mendesah lega saat Shofi tidak lagi bertanya, begitu pun Aura.

Kila : Baik, kok. Nih, dia lagi sama aku di kantin.

Itu balasan Kila ketika Lingga bertanya tentang keadaan Aura. Pasalnya, cewek itu memang baru masuk hari ini –tepatnya mundur seminggu dari jadwal seharusnya. Kila ingat, Aura tertinggal sedikit materi. Jadi, sepertinya ia harus meminjamkan buku catatannya.

Lingga : Kok saya makin suka sama kamu, ya?

Kali ini Kila mengernyit heran. Lingga memang begitu, suka nggak nyambung. Jangan berpikir Kila baper, nyatanya ia tidak peduli berapa kali pun Lingga berkata suka padanya. Hari itu Kila bilang, tidak boleh melibatkan perasaan. Tapi Kila sadar, agak sulit berteman dengan lawan jenis tanpa terlibat rasa.

Masa, sih? (Revisi) Where stories live. Discover now