4. Perkara Rindu

941 65 11
                                    

Tap here to start reading

***

Sepuluh menit untuk jeda pergantian jam. Seperti biasa, setiap kali tidak ada guru, suasana kelas akan selalu gaduh.

Kila sedang berusaha memecahkan satu soal Matematika pada saat ia mendengar suara ketukan. Cewek itu menghentikan sejenak kegiatannya, melihat sekeliling guna memastikan.

"Ra, kayak ada yang ngetuk pintu nggak, sih?" Tidak ada jawaban selain bahu yang berkedik tak acuh. Aura tetap sibuk dengan ponselnya, tanpa sedikit pun menoleh.

Kila menghela napas sebelum bangkit dari kursinya. Berjalan menuju pintu, lantas membukanya. Mata Kila menyipit pada saat menemukan seseorang yang kini berdiri tepat di hadapannya. Wajah itu familiar.

"Maaf, ada perlu apa, ya?" tanya Kila, tangannya mendorong pintu sedikit lagi, agar celah yang terbuka menjadi lebih lebar. "Atau mau ketemu siapa?" Kila menanyakan hal lain karena Lingga tampak melirik ke dalam.

S. Lingga A. Kila mengetahuinya dari papan nama di jas almamater cowok itu.

Lingga menggeleng usai mengarahkan tatapnya pada Kila. Ia mengulas senyum tipis seraya menyerahkan secarik kertas. "Pak Ardi titip tugas buat kelas ini ke saya," terangnya.

Tertera nama-nama yang telah ditulis per kelompok. Kila hanya sekilas membaca karena atensinya langsung beralih. Kembali ia mendapati Lingga tengah melirik ke dalam kelasnya.

"Makasih, ya."

"Oh, iya." Lingga tampak terkejut, tetapi raut wajahnya mampu berubah begitu cepat. "Kebetulan tadi habis dari ruang guru." Cowok itu menunjuk kertas di tangan Kila, lalu menambahkan, "deadline-nya hari Rabu."

"Lho, kan mata pelajaran Pak Ardi hari Jumat?" tanya Kila.

Lingga menggeleng, arti bahwa dirinya tidak tahu-menahu perihal apa yang Kila bingungkan. Ia berlalu setelah berkata, "Saya permisi, ya."

Kila masuk usai menutup pintu. Ia berjalan ke tempatnya sambil menunduk, membaca kembali tulisan tangan Pak Ardi dengan lebih teliti. Tugas membuat makalah dan mind mapping. Seharusnya Kila langsung berdiri di depan kelas, kemudian menginformasikan pada teman-temannya. Namun, karena Kila belum memiliki cukup keberanian, akhirnya cewek itu hanya duduk gelisah.

"Itu apa?"

Aura bertanya lebih dulu. Hal itu membuat kegelisahan Kila seketika meluap. "Tugas dari Pak Ardi," jawabnya. Kila menimbang-nimbang sesuatu dalam pikirannya, hingga akhirnya tangan cewek itu bergerak ragu menaruh kertas tadi di meja Aura. "Tolong infoin ke yang lain, ya," pinta Kila.

"Memangnya lo nggak bisa?" tanya Aura setelah menutup bukunya.

Kila menggeleng pelan tanpa mengatakan apa pun. Andai Wahyu; cowok yang duduk di belakangnya tidak tampak sedang sibuk, sudah pasti Kila lebih memilih untuk meminta bantuan cowok itu. Wahyu yang paling terbiasa berdiri di depan kelas, lalu menjadi pusat perhatian. Kila tidak bisa.

"Biasanya lo minta tolong Wahyu," ucap Aura.

"Wahyu lagi sama Haruna, kayaknya diskusi soal MPK." Kila menghadapkan tubuhnya ke arah Aura. Mata yang sayu menatap dengan sarat akan permohonan. "Tolong, ya," pintanya sekali lagi.

Masa, sih? (Revisi) Where stories live. Discover now