32. Fotografi

339 32 56
                                    

Tap here to start reading

Bacanya pelan-pelan aja, biar berasa banyak wkwk. Isi sama judul chapter nggak nyambung juga biarin ya. Enjoy. Feel free to share.

If you share some quotes from my story, please tag me on IG : 1. desiirmynt_
                                          2. desiyayaaa

*Cuma mau bilang, takutnya nggak tau. (Itu ⭐ nya ada dipojok kiri ya) Santai, nggak bakal dipaksa😂

***

Kila masih sibuk menggigiti ujung sedotan dari cup ice bubble miliknya yang sudah kosong. Sementara pikirannya terus berkecamuk. Ia tidak sadar jika seseorang tengah memerhatikannya dari samping. Hanya sebentar, karena Demon segera memalingkan wajah sambil berdeham pelan.

Pandangan mata cowok itu berpendar, memastikan kalau kedua orang yang –ia pikir– menjadi sebab keterdiaman Kila benar-benar sudah pergi. Demon mengembuskan napas berat. Hal tersebut membuat Kila menoleh tanpa sadar. Keningnya berkerut samar. Namun, ia enggan bertanya.

"Lo diem begini pasti gara-gara habis lihat seseorang." Demon tertawa sumbang. Melirik sekilas pada Kila, lantas beralih menepuk pelan bahu cewek itu. "Gue paham. Memang lebih sakit lihat doi jalan berdua sama temen deket dibanding orang asing. Rasanya kayak ditikung. Iya, 'kan?" lanjutnya tanpa memedulikan Kila yang mulai kebingungan.

"Coba, dong kalau ngomong, tuh yang jelas. Nggak ngerti, serius," ucap Kila sambil menepis tangan Demon dari bahunya.

"Lo lihat Shofi, 'kan tadi?"

Kila mengangguk. Ia memang melihat Shofi. Entah dengan siapa, Kila tidak peduli. Lagipula Kila tidak mengenal orang itu. "Terus?"

"Ya ... lo kecewa karena nge-gap dia jalan bareng cowok yang lo suka."

Kepala Kila refleks menggeleng. Ia menolak keras ucapan Demon. Cewek itu segera menyangkal dengan suaranya yang tegas dan penuh penekanan. "Itu bukan Kak Lingga!"

"Lingga?" Alis Demon bertaut tajam. Lantas sorot matanya berubah menuntut penjelasan. "Siapa? Kok lo nggak pernah cerita?" tanyanya tak terima.

Selama ini, Kila selalu menceritakan apa pun padanya. Tanpa ragu. Bahkan cewek itu rela menekan gengsi ketika harus membuka blokir WhatsApp Demon hanya untuk bercerita tentang Aura. Saat itu, Demon merasa ia memang punya tempat khusus dalam kehidupan Kila. Nyatanya, cowok itu hanya terlalu percaya diri.

Kila tampak kebingungan. Hal itu membuat Demon tertawa sumbang, sebelum akhirnya menjawab pertanyaannya sendiri. "Sori, gue bukan siapa-siapa. Jadi, nggak berhak untuk tau segalanya."

"Cakep!" sahut Kila disertai senyum sumringah. Dengan begitu, ia tidak perlu repot memikirkan jawaban yang sekiranya tidak menyinggung. Cewek itu mengacungkan jempol didepan wajah Demon. Tak sadar jika Demon tengah tersenyum miris.

"Oke. Itu emang bukan Lingga. Tapi lo tau, 'kan cowok tadi siapa?"

Alis Kila bertaut heran. Ia tidak kenal. Jadi, Kila hanya memberikan jawaban berupa gelengan. Demon melotot tak percaya. "Masa, sih?"

Masa, sih? (Revisi) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora