3. Membangkitkan Nafsu

Mulai dari awal
                                    

Saat Alena melontarkan lelucon, Gevandra menanggapi dengan tawanya. Tawa yang ia paksakan keluar dari mulutnya.

"Loh kok lewat sini?" Ujar Alena saat ternyata mereka melewati jalan bukan menuju rumahnya.

"Kita bersenang-senang dulu. Mau kan?" Tanya Gevandra halus. Tentu saja Alena mengangguk begitu semangat. Ia memilin ujung roknya gugup. Mereka akan melakukan hal yang menyenangkan.

Mobil Gevandra berhenti disebuah jalan yang sempit dan juga sepi. Tempatnya juga begitu gelap karena tidak ada lampu penerang jalan.

Gevandra mengambil lakban dari dashboard nya. "Sini tangan lo."

"Buat?" Alena mengernyit bingung.

"Biar nanti tambah nikmat," Ujar Gevandra dengan senyum manisnya.

Alena menurut. Ia mengulurkan kedua tangannya pada Gevandra. Lalu Gevandra langsung mengikat kedua tangan Alena dengan lakban. Setelah itu Gevandra turun dari mobil.

Ia membukakan pintu untuk Alena. Alena turun dengan perasaan yang berdebar.

"Kita masuk kesana. Biar kita bebas bersenang-senang," Gevandra menujuk sebuah hutan didepannya. Alena mengikuti saja.

Perempuan itu tersenyum begitu senang. Ia sudah tidak sabar akan mencapai kenikmatan bersama dengan Gevandra.

Langkah mereka berhenti saat sampai dipinggir sungai. Gevandra melepaskan jasnya dan membuangnya ke sembarang tempat. Kemudian kemeja dan juga kaosnya ia lepas semua. Hingga kini ia bertelanjang dada.

Alena menelan ludahnya saat melihat perut abs-nya Gevandra. Begitu sempurna, sudah seperti pria dewasa.

Gevandra menyeringai sembari mendekati Alena. Ia mendorong pelan tubuh Alena agar duduk di tanah. Dengan senang hati Alena melakukan itu.

Gevandra mendekatkan wajahnya pada wajah Alena sembari mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah pisau lipat. Kecil tapi terlihat begitu mengkilat.

"Tutup matanya, cantik." Bisik Gevandra. Alena menurut, pasti Gevandra akan menciumnya.

Dan dugaannya salah besar, dengan segera Gevandra mengarahkan pisau lipatnya kewajah Alena. Ia menusuk pipi kanan Alena dengan kasar. Ia akan merusak wajah cantik Alena.

"Argh!" Teriak Alena sembari menjatuhkan tubuhnya ketanah. Ia membuka matanya "Ke--kenapa?"

Suara yang Gevandra sukai. Menurutnya jeritan kesakitan para korbannya adalah suara yang paling merdu.

"Biar lebih nikmat," Ujar Gevandra sembari mencabut paksa pisaunya. Seketika darah mengalir dipipi Alena. Rasanya perih.

Alena mengalihkan wajahnya kesamping sembari menggeleng saat Gevandra kembali mengarahkan pisau pada wajahnya.

Gevandra langsung mencengkram kuat pipi Alena dan menduduki perut perempuan itu. Alena bergerak gelisah saat pisau kembali mendarat diwajahnya.

"Argghh!"

"Sa--sakit!"

Gevandra melanjutkan aksinya. Ia menyayat pipi dan juga dahi perempuan itu. Alena tak bisa bergerak. Wajahnya sekarang sudah penuh dengan darah.

"Nikmat kan sayang?" Ujar Gevandra dengan senyum senangnya. Kemudian ia menusuk mata Alena yang terpejam.

"Argghh!"

"Menjerit yang keras cantik."

Gevandra kembali menusuk mata Alena. Beralih dari kanan ke kiri, berulang kali. Alena masih bergerak gelisah. Gevandra suka yang seperti ini. Korban yang tidak lemah.

Setelah membuat wajah Alena hancur, Gevandra beralih ke perut Alena. Ia menyibakkan baju Alena sampai perut perempuan itu terlihat.

Lalu ia membuat goresan panjang diperut Alena. Membuat perut itu robek. Kemudian ia menusuk perut Alena berulang kali sampai isinya keluar.

"Argghhh!" Dan ini adalah jeritan terakhir Alena. Sekarang perempuan itu sudah tidak bernyawa.

Gevandra memejamkan matanya saat darah dan isi perut Alena keluar mengenai tubuh dan wajahnya. Sensasi yang begitu menyenangkan.

Ia menatap mayat Alena dengan senyum penuh kemenangan. Perempuan itu mencoba menggodanya, dan jelas saja nafsu Gevandra muncul. Tapi bukan nafsu untuk bercinta, melainkan untuk membunuh.

Benarkan ia bisa membuat partnernya menjerti sepanjang bermain. Pasti tadi Alena mengira bahwa mereka akan bercinta. Tapi sayang, Gevandra hanya akan melakukan itu pada gadis yang ia cintai.

Gevandra menyeret mayat Alena menuju sungai. Setelah itu ia melempar mayat tersebut kesungai. Kemudian ia mengambil pakaiannya dan bergegas untuk pergi dari tempat itu.

Ia begitu senang sekarang. Moodnya kembali baik lagi.

Gevandra Alexander, si psikopat tampan berdarah dingin. Bertampang malaikat, berhati iblis.

🍁

Possessive Psychopath (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang