(7) Winda CS Berulah

6.8K 362 5
                                    

Happy Reading🦋
.
.
.

Setelah mereka makan, mereka memilih untuk tetap berada di kantin sampai jam istirahat selesai. Di sela sela obrolan mereka, tiba tiba winda dan kunyuk kunyuknya itu datang menghampiri meja Zahra dkk lalu menumpahkan minuman di seragam Zahra.

"Lo apa apaan sih!" bentak Zahra tak terima.

"Upss sorry gue nggak sengaja," ujar Winda sambil tersenyum puas.

Disisi lain. Pada saat Alfin dkk memasuki area kantin, mereka melihat Zahra dkk sedang bertengkar dengan Winda CS. Baru saja Alfin ingin menghampiri Zahra dan Winda, tetapi tangan Alfin langsung ditahan oleh Bagas.

"Untuk saat ini biarin mereka nyelesain masalah mereka sendiri. Kalo di antara mereka ada yang main kasar, baru kita lerai mereka," tahan Bagas.

Alfin pun mendengarkan perkataan Bagas untuk membiarkan Zahra dan Winda menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Kantin yang tadinya sepi dan tenang kini mendadak ramai karena melihat pertengkaran antara Zahra dan Winda.

Ica yang melihat itu pun langsung berdiri dan mendorong kasar bahu Winda. "Lo pasti sengaja kan!" ujar Ica dengan nada yang meninggi.

"Kalo iya kenapa? Mau marah lo?!" ketus Winda dengan wajah songongnya.

"Lo sama Zahra ada masalah apa hah?!" sentak Bila.

"Lo mau tau? KARNA SI BITCH INI UDAH CAPER SAMA ALFIN. DAN GUE NGGAK SUKA KALO JALANG SATU INI NGEDEKETIN ALFIN!" bentak Winda.

Zahra mengepalkan tangannya kuat dan refleks melemparkan ponsel yang sedari tadi ia pegang ke arah Winda dan berhasil mengenai bahu Winda.

Zahra tertawa puas. "Upss maaf, gue sengaja tuh,"

Winda meringis kesakitan. Lalu tiba tiba Pak Ronal datang menghampiri keributan yang terjadi.

"Ada apa ini?" tanya Pak Ronal.

"Ini lho dad, mereka nyari masalah sama aku," ujar Winda dengan nada manjanya yang membuat Zahra dkk memasangkan wajah jijik mereka.

"Bukannya kamu duluan ya yang numpahin minuman ke seragam Zahra, orang jelas jelas Putri liat sendiri kok!" sarkas Putri tak terima.

"Dad pokoknya aku nggak mau tau, daddy harus ngeluarin mereka dari sekolah ini!" rengek Winda.

"Maaf sayang, untuk kali ini daddy tidak bisa menuruti kemauan kamu," ujar Pak Ronal.

"kenapa dad?"

Belum selesai menjawab pertanyaan Winda, Pak Ronal langsung melenggang pergi meninggalkan kantin.

Zahra bernapas lega. Untung saja Pak Ronal tak memberitahu identitas asli Zahra dan ketiga sahabatnya itu.

Zahra dan ketiga sahabatnya tersenyum penuh kemenangan melihat raut wajah malu dan kesal Winda beserta ketiga dayangnya.

"Jangan pernah lo berurusan dengan gue dan sahabat sahabat gue. Lo akan tau akibatnya!" ancam Zahra.

"Cabut dari sini!" ajak Zahra pada Bila, Ica, dan Putri.

"Hp Zahra gimana?" tanya Putri.

Zahra mengambil kembali ponselnya yang sudah tergeletak di lantai. Namun ia hanya untuk mengambil sim card dan kartu memorinya saja. Lalu ia melempar ponselnya ke dalam tong sampah.

"Hp gue udah banyak kumannya gara gara kena bahunya si jalang tadi. Dari pada gue kena virusnya, mending gue buang aja," ujar Zahra santai.

Putri menatap miris ponsel yang di buang oleh Zahra tadi. "Duh, sayang banget. Mending buat Putri aja."

Bila memutar kedua bola matanya malas. "Lo bisa beli sama tokoh tokohnya, jangan kayak orang susah!"

Seisi kantin yang melihat itu hanya melongo sambil menggelengkan kepalanya takjub. Sedangkan ketiga sahabat Zahra? Mereka sudah terbiasa melihat Zahra yang suka membuang barang barang mewahnya jika ia sudah bosan. Toh, belum sampai 3 hari pasti Zahra sudah mendapatkannya lagi.

Karna baju seragam Zahra basah, Zahra, Bila, Ica, dan Putri memilih untuk pulang ke mansion mereka. Hari ini mereka akan izin untuk pulang lebih awal.

Tunggu pembalasan gue ra! batin Winda.

Ketika melewati kooridor, tak sengaja Zahra, Bila, Ica, dan Putri bertemu dengan Alfin dkk.

"Nih." Alfin menyodorkan hoodie miliknya.

Zahra yang melihat itu pun mengangkat satu alisnya. "Buat apa?"

"Buat nutupin seragam lo itu. Lo nggak liat noh, banyak cowok yang ngeliat lo kayak mau makan lo hidup hidup. Apalagi si Rivan, liat tuh sampe ilernya mau jatoh," ujar Alfin sambil terkekeh.

Dan benar saja. Semua mata cowok melihat Zahra dengan tatapan yang ingin melahap tubuh Zahra. Terutama si Rivan yang sedari tadi melihat Zahra tanpa berkedip.

"Liatin apa lo hah!" ketus Ica.

"Ah a-anu gu-gue nggak liat apa apa kok," elak Rivan

Zahra mengambil hoodie yang diberikan oleh Alfin dan langsung memakai nya.

"Thanks," ucap Zahra yang di balas anggukan Alfin.

Lalu Zahra dan ketiga sahabatnya pergi meninggalkan Alfin dkk untuk pulang ke mansion mereka.

Alfin menatap punggung Zahra yang mulai menghilang. Lalu ia pun tersenyum.

"Gilak tuh body Zahra, beh mantep cuyy," ujar Rivan sambil menggeleng gelengkan kepalanya yang langsung mendapat toyoran dari Bagas.

"Mata lo kalo liat yang begituan langsung seger van, heran gue." Bagas menggelengkan kepalanya.

"Biasalah!" sahut Rakha.

"Tuh mata mau gue congkel hah?" sinis Alfin yang dibalas cengiran Rivan.

"Santai dong mas nya," ujar Rivan.

******

Sesampai nya di mansion, Bila, Ica,dan Putri langsung merebahkan diri mereka di soffa. Sedangkan Zahra, ia memilih untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya.

Ting nong ... ting nong ...

Bel rumah berbunyi.

"Biar gue aja yang buka," ujar Zahra yang baru turun dari kamarnya.

Zahra membuka pintu mansionnya, dan nampaklah seorang cowok yang berpenampilan seperti kurir sambil membawa paket di tangannya.

"Dengan Mbak Azzahra Jovanka?" tanya kurir itu.

"Iya benar," jawab Zahra.

"Ini saya mengantarkan paket dari Bapak Dirgantara," ujar kurir itu sambil menyerahkan paket itu ke Zahra.

"Oh oke, makasih ya mas," ucap Zahra. Ia langsung masuk ke dalam rumah.

"Siapa?" tanya Bila.

"Ini, ada paket buat gue. Katanya sih dari daddy," ujar Zahra.

Zahra langsung membuka paket yang dikirim oleh daddynya. Dan ternyata isi paket itu adalah ponsel berlogo apel setengah digigit keluaran terbaru. Setelah ia membuang ponselnya di kantin tadi, ia langsung meminta daddynya untuk membelikannya lagi.

"Emang kalo sultan mah bebas yah. Baru aja tadi Zahra buang hpnya, udah dapet gantinya aja," ujar Putri.

"Iya dong. Gue nggak mau yah hp gue kena bakteri yang ada di bahunya si cabe itu. Untung hpnya langsung gue buang," ujar Zahra.

"Bener banget ra. Lo tadi liat nggak ekspresi si cabe itu waktu lo buang handphone lo, itu matanya kayak mau keluar njirr," ujar Ica tertawa terbahak bahak.

"Emang dia pikir cuman dia aja yang paling hebat di sekolah. Ternyata masih di bawah kita juga," timpal Bila

"Iya dong, kita kok di lawan," ujar Zahra bangga. Lalu mereka bertiga ber-tos ria.

.
.
.
TBC🦋

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!

Together With You (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ