(27) Puncak

3.5K 183 1
                                    

Mulut Rivan tak henti hentinya mengeluarkan sumpah serapahnya. Ia sudah jengah menunggu keempat cewek yang sedari tadi belum juga keluar rumah. Lain halnya dengan Alfin, Bagas, dan Rakha. Mereka tampak santai menunggu para gadis mereka.

Selang beberapa menit, Zahra dkk keluar dari mansionnya dengan menenteng dua koper masing masing. Para cowok pun dibuat menganga. Ini mereka mau berlibur atau mau pindahan? Mungkin begitulah isi batin mereka.

"Masyallah! Mau pindahan neng?" Rivan menggeleng gelengkan kepalanya.

Zahra dkk tak menghiraukan Rivan. Mereka langsung menaruh koper mereka ke mobil.

"Yuk kita berangkat sekarang," ajak Alfin.

Saat mereka ingin menaiki mobil, tiba tiba ada sebuah mobil sport biru yang menghadang mereka. Lalu orang itu pun turun mobilnya sambil melepaskan kacamatanya.

Zahra dkk sudah tau pemilik mobil itu. Mereka hanya memutarkan kedua bola matanya malas.

"Ngapain sih lo bang pagi pagi kesini?" kesal Zahra.

"Emang dasar adek laknat lo! Abangnya dateng bukannya disambut kek," sewot Gibran.

"Bodoamat!"

"Eh bentar, kalian mau pada kemana nih?" tanya Gibran.

"Kita mau ke puncak bang," jawab Alfin.

Mata Gibran tampak berbinar. Melihat itu, Zahra dkk pun mulai was was.

"Wih ikutan dong!" Gibran tampak antusias.

Nah kan! Gagal sudah rencana Zahra untuk berduaan dengan Alfin. Ia tahu bahwa abangnya ini pasti akan mengganggunya.

"Tenang, gue gak bakal gangguin lo pacaran kok," ujar Gibran yang tahu isi pikiran adiknya.

Zahra menoleh ke Alfin seolah olah meminta persetujuan. Alfin pun menganggukan kepalanya.

Zahra menghela napasnya kasar. "Yaudah lo boleh ikut."

Lalu mereka memasuki mobil mereka. Mereka menggunakan tiga mobil. Mobil pertama berisi Alfin, Zahra, Rivan, dan Ica. Mobil kedua berisi Bagas, Bila, Rakha, dan Putri. Mobil ketiga berisi Gibran seorang diri.

Mari kita lihat perbedaan suasana di dalam mobil Alfin dan mobil Bagas.

Suasana di dalam mobil Bagas.

Semuanya tampak sunyi dan tenang. Hanya ada suara radio mobil yang terdengar. Karena Bila dan Putri sudah terlelap ke alam mimpinya. Bagas hanya fokus menyetir mobilnya, sesekali ia bersenandung kecil mengikuti lagu di radio mobilnya. Sedangkan Rakha, ia memilih mendengarkan musik lewat earphonenya dengan mata terpejam.

Mari kita lihat suasana di dalam mobil Alfin.

"MENGAPA TAK MENCOBA
JUJUR...
PADA HATI KITA
KASIH...
BAHWA SESUNGGUHNYA
ENGKAU DAN AKU
TAKUT BERPISAH HUO O-OHH....
SE-- Anjing sakit!" nyanyian Rivan terhenti karena Ica memukul kuat punggung Rivan.

"Woyy diem napa! Masyaallah sungguh tersiksa gue disini," geram Ica seraya menutup telingannya.

"Iya iya gue diem nih." Rivan menutup mulutnya rapat rapat. Ia tak mau ambil resiko jika sudah menghadapi singa betina seperti Ica ini.

Zahra dan Alfin hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah laku sahabatnya itu.

******

Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, mereka pun sampai di tempat tujuan.

Suasana di puncak ini sangat sejuk dengan pemandangan hijau yang nyaman untuk di pandang.

Zahra menoleh ke belakang dan mendapati Ica yang sedang tertidur dengan memeluk Rivan. Mungkin Ica tak sadar kalau ia sedang memeluk Rivan. Rivan pun sama, ia enggan membuka matanya.

Together With You (END)Where stories live. Discover now