(42) Tawaran

2K 122 8
                                    

Happy Reading🦋
.
.
.

Seorang cowok yang sedang terbaring lemah di brankar rumah sakit dengan berbagai macam alat kemoterapi. Ya, seminggu sekali cowok itu akan melakukan kemoterapinya.

Wajahnya yang pucat tak mengurangi kadar ketampanannya. Mungkin siapa saja yang melihatnya pasti mengira jika cowok itu baik baik saja.

"Kondisi kamu semakin hari semakin memburuk. Sepertinya kamu harus melakukan pengobatan--"

"Sudah cukup dok! Saya tidak akan melakukan pengobatan apa pun lagi!" bantah cowok itu.

Dokter berkepala tiga itu tersenyum tipis. Remaja yang ada di hadapannya ini sangat keras kepala. Namun Dokter itu memakluminya. Karena ia tahu jika cowok yang notabenya masih SMA itu kekurangan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

"Tapi itu sudah menjadi tugas saya untuk membantu menyembuhkan pasien," ujar Dokter itu.

"Itu hak saya untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan pengobatan ini!" tekan cowok itu.

Dokter itu tersenyum. "Memang benar itu hak kamu. Tapi, apa kamu tidak mau memikirkannya lagi? Umur kamu masih muda, masih panjang perjalanan kamu."

Cowok itu terkekeh sinis. "Bukannya Dokter bilang kalau umur saya tidak lama lagi? Jadi untuk apa saya melakukan pengobatan gak guna ini!"

Terdengar helaan napas dari dokter itu. "Tapi itu hanya perkiraan saya, karena saya bukan tuhan yang bisa tahu kapan manusia akan mati."

"Biarkan saya lepas dari pengobatan ini dok. Saya cuma gak mau menghabiskan waktu di rumah sakit ini. Karena masih ada satu tugas lagi yang harus saya lakukan sebelum saya pergi. Dokter paham maksud saya kan? Saya akan terima semua resikonya," jelasnya dengan nada sendu.

"Yasudah, tapi saya akan memberikan obat yang harus kamu minum untuk membantu kamu. Tapi kamu harus usahakan agar tidak terlalu lelah," pesan dokter itu.

Lalu dokter itu menyuruh suster untuk melepaskan seluruh alat yang ada pada tubuh cowok itu. Setelah semua alat sudah terlepas, perlahan cowok itu turun dari brankar dan memeluk tubuh sang Dokter.

"Terima kasih banyak dok."

"Itu sudah menjadi kewajiban saya." Dokter itu tersenyum tulus.

"Kalau begitu saya permisi," pamitnya.

Dokter itu tersenyum dan mengangguk.

Saat cowok itu membuka pintu, ia terkejut melihat seorang gadis yang diam diam mendengarkan pembicaraannya tadi. Gadis itu pun sama terkejutnya. Wajahnya pucat pasi saat melihat tatapan bak Elang dari cowok itu. Namun ia berusaha tetap santai dan menepis rasa takutnya.

Gadis itu tersentak saat cowok itu menarik kasar tangannya dan membawanya ke tempat sepi.

Cowok itu menatap tajam sang pelaku. "Apa aja yang udah lo denger?"

"Semuanya," jawab gadis itu santai.

Cowok itu mengeraskan rahangnya. "Ngapain lo kurang kerjaan nguping pembicaraan orang?!"

Gadis itu memutarkan kedua bola matanya. "Gue tadi gak sengaja lewat sana, terus gue ngeliat lo. Yaudah gue nguping dikit."

Kalau saja di hadapannya ini bukan seorang cewek, pasti cowok itu akan menghajarnya langsung.

"Lo--!"

Gadis itu menepis telunjuk cowok itu dari hadapannya. "Gue di sini punya niat baik sama lo."

"Emang cewek kayak lo punya niat baik?" sinis cowok itu.

"Dih gak ngaca," cibir gadis itu. "Gue mau bantuin buat nyelesain satu tugas lo itu."

Together With You (END)Where stories live. Discover now