Close To Heaven

16.8K 2.2K 69
                                    

Marsha menelentang di ranjang pengantinnya dengan rasa lega dan bahagia yang membuncah. Vincent masih berada di kamar mandi. Kaki Marsha terasa pegal. Karena dia berdiri lumayan lama selama resepsi sembari mengenakan alas kaki yang cukup tinggi.

Perempuan itu baru selesai mandi dan membersihkan riasan di wajahnya. Marsha sudah mengganti kebaya cantiknya dengan baju tidur. Jangan bayangkan dia mengenakan pakaian seksi seperti lingerie. Marsha memilih memakai kaus dan celana pendek, keduanya bermotif The Iron Throne, kursi kebesaran di serial Game of Thrones. Dia baru membeli baju tidur itu seminggu lalu, setelah tak sengaja melihat postingan sebuah akun online shop di Instagram.

Malam ini, untuk pertama kalinya, Marsha akan tidur seranjang dengan Vincent. Mereka menempati salah satu kamar resor Bidadari Ubud yang berukuran paling besar. Kakek Marsha yang memilihkan kamar ini.

Kemarin, atas usul Marsha, mereka membuat kesepakatan. Keduanya takkan menyempurnakan pernikahan mereka di kamar ini. Melainkan di rumah yang akan mereka tinggali selama sisa hidup.

"Oke, aku setuju. Lagian, setelah resepsi, pasti capek banget," kata Vincent kala itu.

Marsha sempat meragu. Mereka duduk di teras rumah pribadi kakek dan nenek Marsha. "Apa usulku itu wajar, Vin? Kalau kita ... uhuk ... di resor, berasa diawasin Kakek."

"Apa itu 'uhuk'?" goda Vincent sambil tertawa. "Nggak ada yang tabu untuk dibahas, Sha. Karena kita akan jadi suami istri. Namanya bukan uhuk. Tapi, bercinta."

"Iya, aku tau," Marsha cemberut. "Nggak usah diperjelas. Aku jadi deg-degan cuma karena dengar kata-kata itu."

Vincent melingkarkan tangan kanannya di bahu Marsha. "Kamu kira aku nggak deg-degan?" Dia mencium rambut Marsha. "Eh, kenapa tadi kamu bilang berasa diawasin Kakek? Memangnya ada kamera CCTV yang terpasang di kamar yang akan kita tempati?" guraunya.

"Nggak gitu, sih! Aku ...."

"Shasha, Vincenza," suara Afrizal terdengar. "Besok udah halal, tinggal nunggu beberapa jam lagi. Jangan peluk-pelukan di situ."

"Tuh, kan!" Marsha tergelak. Lalu, dia bersuara kencang untuk menjawab kakeknya. "Nggak peluk-pelukan, Kek. kami cuma lagi bisik-bisik karena takut didengar Kakek."

"Cucu nggak sopan," kecam Afrizal. "Tuh, Nenek minta kalian nyicipin bronis yang baru matang."

Marsha mengulum senyum karena mengingat kekonyolan yang terjadi kemarin. Dia mengerjap, kembali pada kekinian. Mata perempuan itu memandangi langit-langit sebelum kembali menyapu seisi ruangan.

Kamar itu bernuansa serba putih, kecuali seprai yang berwarna toska. Ranjang yang ditiduri Marsha berukuran super king, dilengkapi dua guling dan empat buah bantal. Atas permintaan Marsha dan Vincent, tidak ada dekorasi aneh-aneh seperti taburan kelopak mawar, misalnya. Kamar itu dilengkapi televisi lebar yang berhadapan dengan ranjang, meja rias cantik, sofa nyaman tiga dudukan, serta meja kopi bulat.

Yang paling istimewa adalah kamar mandinya. Berukuran luas, kamar mandi itu dilengkapi dengan lemari pakaian dua pintu, bathtub berukuran besar, dan area shower yang begitu unik. Khusus area shower ini, bagian dinding ditempeli batu kerikil yang dipilih hati-hati. Begitu juga dengan bagian lantainya.

Marsha menoleh ke kanan saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. Vincent keluar dengan mengenakan pakaian bermotif identik dengan Marsha, hanya saja dengan ukuran yang lebih besar. Perempuan itu tertawa geli. "Vin, kamu imut banget pakai baju tidur yang kubeliin." Dia berguling ke kiri, menyisakan ruang kosong di ranjang. "Sini! Pengin ngerasain tidur di sebelah suami."

Vincent menurut, mendekat ke arah ranjang dengan senyum merekah di bibirnya. Dia sempat menunduk untuk menatap pakaiannya. "Untungnya nggak kekecilan, Sha. Trus, bahannya juga enak dipakai. Pasti kamu beli karena demen sama motifnya, kan?"

Born To Love You [Terbit 28 Juni 2023]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang