Every Little Thing She Does Is Magic

20.8K 2.9K 111
                                    

Melihat Marsha berdiri di ambang pintu ruang kerjanya, membuat Vincent kaget dan senang sekaligus. Dalam porsi raksasa. Meski saat ini ibunya juga berada di ruangannya, Vincent tak terlalu peduli. Dia buru-buru beranjak dari kursi untuk menyeberangi ruangan. Sudah beberapa minggu mereka tak bertemu karena Marsha harus fokus dengan pekerjaan barunya.

"Halo, semua. Aku ketemu calon menantu Mama dan Papa di bawah. Kuajak sekalian ke sini," kata Hugo dengan seringai lebar di wajahnya sembari mengedipkan mata ke arah kakak sulungnya. Vincent berani bertaruh, adiknya sengaja melakukan itu.

"Sini masuk, Sha," Vincent mendekat. Dia bisa melihat gadis itu membatu walau sesaat. Tentu saja Marsha kaget mendapati ayah dan ibu Vincent berada di ruangan itu. Padahal, ini kali pertama Marsha berinisiatif mendatangi kantor kekasihnya. "Kamu sendirian?" Mereka sudah berdiri berhadapan. Hugo meninggalkan keduanya dengan suara tawa di belakangnya.

"He-eh. Karena tadi katanya kamu bakalan pulang telat, trus kita juga udah lama nggak ketemu, makanya aku mampir," gumam Marsha. "Kamu kurusan."

Vincent meraih tangan kanan pacarnya yang terasa dingin, meremasnya dengan lembut. "Aku kurusan karena kangen sama kamu."

Gadis itu tersenyum lebar. "Kamu makin pinter aja ngegombalnya."

Mereka bicara dengan suara rendah karena tak ingin ada yang menguping. Namun, Hugo menyela, "Kak, pacarannya ditunda dulu. Sini, ajak Marsha ngobrol sama calon mertua."

Urusan sikap kurang ajar, Hugo memang lumayan jago. Namun, dia kalah jauh dibanding Taura. Jika mereka berdua berkolaborasi, maka Vincent sudah pasti akan kalah telak.

Vincent pun membalikkan tubuh, menghadap ke arah orang tuanya. Dia masih menggenggam tangan Marsha. Julian sudah berdiri sedangkan Salindri masih duduk di tempatnya, bersikap seperti ratu yang menunggu eksekusi mati. Meski Salindri tersenyum, Vincent paham apa yang akan terjadi. Ibunya selalu begitu. Dominique dan Inggrid pun dihadapi dengan sikap yang sekilas terkesan ramah tapi ternyata menipu.

Vincent sengaja berdiri di depan Marsha, "menyembunyikan" gadis tercintanya di belakang punggung. Sikap tubuhnya menunjukkan bahwa dia akan melindungi Marsha, apa pun yang terjadi. Ketidaksukaan ibunya pada gadis yang dicintai Vincent hanya akan membuat hatinya kian teguh.

"Selamat sore Om dan Tante. Saya Marsha. Kita pernah ketemu sekali pas pestanya Taura," sapa Marsha dengan sopan, sebelum Vincent sempat membuka mulut.

Gadis itu melangkah maju dan berdiri di sebelah kiri Vincent. Marsha baru saja menegaskan bahwa dia tak membutuhkan perlindungan siapa pun. Vincent menoleh ke kiri, menatap gadis itu sembari tersenyum.

"Ya, tentu saya ingat. Karena Vincent bilang, kamu pacarnya. Soalnya, jarang-jarang ada yang mau sama Vincent," kata Julian. "Duduk sini, Sha. Kita kan belum pernah ngobrol."

Vincent geleng-geleng kepala. Keusilan Hugo dan Tara jelas-jelas diturunkan dari ayah mereka. Marsha masih berdiri di sebelah kekasihnya, mungkin tak tahu cara merespons gurauan Julian. Tentunya karena ada Salindri yang sedang menatap ke arah pasangan itu dengan alis terangkat.

"Pa, jangan cuma diajak ngobrol. Tapi juga diinterogasi. Soalnya, setelah satu dekade, akhirnya anak sulung Papa laku juga. Papa harus nyari tau kenapa Marsha mau sama Kak Vincent," Hugo mengompori.

"Nah, iya! Bagian itu memang harus dicari tau detailnya. Takutnya Vincent yang halu," timpal Julian. Lalu, lelaki itu mengerling ke arah istrinya. "Jangan cemas soal istri saya. Luarnya aja yang galak, aslinya sih nggak. Sini, sini."

Marsha menurut. Gadis itu maju setelah melepaskan tangan Vincent. Lalu, Marsha menyalami Salindri dan Julian dengan sikap takzim. Vincent sempat saling pandang dengan adiknya. Dia akan membuat perhitungan dengan Hugo karena baru saja dengan sengaja menyiramkan bensin ke dalam api.

Born To Love You [Terbit 28 Juni 2023]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang