Here I Go

24.9K 3.2K 173
                                    

Hari itu, Marsha berencana berangkat ke bandara naik taksi sekitar pukul satu. Dia akan menjemput kakek dan nenek tercintanya. Jika tidak ada kendala, pesawat yang ditumpangi keduanya akan mendarat di bandara Soekarno-Hatta paling cepat pukul empat sore.

Marsha baru selesai mandi dan berpakaian, sembari memikirkan apa yang akan disantapnya sebagai menu makan siang. Gadis itu sedang menyisir rambut saat gawainya berbunyi. Buru-buru dia meraih ponsel yang tergeletak di ranjang, hampir yakin jika kakek atau neneknya yang menelepon.

"Vincent?" sapa Marsha, sedikit heran. "Kamu mau bilang kangen sama aku, ya?" tebaknya, sok tahu. Tawa Vincent terdengar sebagai respons.

"Iya, kangen. Makanya aku pengin ketemu kamu, nih! Sekarang, aku lagi duduk di ruang tamu kosanmu, Sha."

"Hah? Kok nggak bilang-bilang kalau mau ke sini? Untung aja aku belum pergi." Marsha buru-buru meletakkan sisirnya di atas meja rias. "Bentar, ya. Kamu tunggu aja di situ."

Satu menit kemudian, Marsha sudah berada di depan Vincent. Dia mengernyit melihat penampilan santai sang pacar. Vincent mengenakan kaus putih polos dan blue jeans. Di atas meja, ada dua wadah styrofoam dan dua botol air mineral.

"Kenapa malah bengong, sih?" Vincent menarik tangan kiri pacarnya, sehingga Marsha pun duduk di sebelahnya. "Bukannya hepi ngeliat aku tiba-tiba nongol di sini," protesnya.

"Saking senengnya, sampai nggak bisa ngomong apa-apa. Tapi, tetap aja heran kenapa kamu tiba-tiba muncul jam segini. Kamu nggak kerja, Vin?"

"Bolos," balas Vincent santai. "Aku mau nganterin kamu ke bandara." Tangan kanan laki-laki itu meraih salah satu styrofoam. Dia membuka bagian penutupnya dengan hati-hati. "Aku beliin makanan, nasi tim ayam jamur. Tapi yang ini nggak pakai kaldu. Mau, kan?"

"Mau banget, dong. Aku memang belum makan. Tadi lagi mikirin mau beli apa, tau-tau kamu nelepon. Makasih, Vincent Sayang." Marsha menerima styrofoam yang disodorkan pacarnya. Aroma menggelitik pun mengusik hidungnya. Dia melirik wajah Vincent yang tampak memerah. Pria satu ini, masih sering tersipu-sipu karena mendengar kata-kata Marsha.

"Oke," jawab Vincent, pendek.

"Kamu belum jawab pertanyaanku tadi. Kenapa nggak bilang kalau mau ke sini? Gimana kalau ternyata aku udah berangkat?"

"Ceritanya mau ngasih kejutan. Kalau ngomong duluan, namanya pengumuman," balas Vincent, kalem. Dia mengambil styrofoam yang tersisa di atas meja.

"Kalau tadi aku udah pergi, gimana?" desak Marsha, masih penasaran.

"Ya nggak apa-apa. Aku langsung nyusul ke bandara, biar ketemu kamu di sana. Lagian, kemarin kamu sendiri bilang, mau pergi sekitar jam satu."

Marsha mulai menyantap makanannya. Nasi tim itu enak, walau tidak dilengkapi kaldu seperti biasa. "Kamu beli di mana? Nasi timnya enak," puji gadis itu.

"Beli di dekat kantor."

"Kamu nggak apa-apa terpaksa bolos hari ini?"

"Aku nggak terpaksa bolos. Aku sengaja bolos," ralat Vincent. "Nggak apa-apa, jangan cemas, Sha. Aku hampir nggak pernah bolos."

Mendadak, Marsha berhenti mengunyah. Dia adalah si ceroboh yang tidak mempertimbangkan segala hal dengan detail. Gadis itu terlalu senang karena Vincent bersedia menghadiri wisudanya. Bahkan, kini laki-laki itu akan mengantar Marsha ke bandara untuk menjemput kakek dan neneknya.

Yang Marsha lupa, itu artinya Vincent akan bertemu dengan Afrizal dan Melati. Laki-laki itu harus menyiapkan mental untuk menghadapi kakek Marsha yang bisa dibilang over protektif.

Born To Love You [Terbit 28 Juni 2023]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang