Prolog

1.1K 30 16
                                    

"SEMUA ORANG DI DUNIA INI JAHAT!" jerit Zebira sembari melempar batu ke danau di depannya.

"Kata siapa?"

Suara itu membuat Zebira menoleh ke belakang, ke sumber suara yang ia dengar. Tepat saat dirinya menoleh sosok pria seumurannya lah yang ada di depannya.

"Lo siapa?" tanya Zebira dengan wajah sembab karena tangisnya yang baru reda beberapa saat lalu.

"Lo enggak perlu tahu nama gue. Gue cuman mau bilang sama lo kalau di dunia ini masih banyak orang baik," jawab pria itu.

Zebira spontan tersenyum pilu. Orang baik? Zebira bahkan lupa bagaimana sosok orang baik yang dimaksud. Semua orang jahat padanya. Semua orang meninggalkannya, dan kini satu-satunya orang yang paling ia sayang pun telah membohonginya.

"Gue tahu siapa lo. Lo pasti salah satu anaknya temen ayah yang diminta buat bujuk gue, kan? Iya, kan? Haha bahkan gue udah tahu trik ayah gue sendiri," ucap Zebira diiringi tawa pilunya.

Pria itu nampak menggelengkan kepalanya pelan. "Lo sebagai anak enggak seharunya ngomong itu sama orangtua sendiri."

"Dan orangtua enggak sepantasnya ngebohongin anaknya sendiri," balas Zebira sembari mengingat apa yang telah ayahnya lakukan padanya.

"Lo enggak tahu apa yang orang dewasa butuhkan. Mereka butuh seseorang, Ra. Mereka butuh pendamping. Mereka butuh sosok yang bisa mereka jadikan tempat berbagi. Itu yang ayah lo lakukan," ujar pria itu yang memang tahu semua yang tengah menimpa Zebira. Dirinya bahkan ada di tempat kejadian dimana semuanya terbongkar.

"Dengan cara ngebohongin gue? Dengan alibi balik ke Jakarta biar bisa deket sama makam bunda? Dengan cara itu? Apa itu bisa dibenarkan?" cerca Zebira masih dengan sikap keras kepalanya.

Pria itu menggelengkan kepalanya lagi. Sudah tak tahu harus bagaimana lagi membujuk sosok Zebira yang keras kepala.

"Lo enak tinggal ngomong, gue yang ngejalaninnya," ucap Zebira.

"Semua orang punya porsi masalah masing-masing. Kalau perlu lo tahu keluarga gue pun punya masalah bahkan gue sendiri pun punya masalah. Mustahil orang hidup enggak punya masalah, Ra. Masalah itu pasti ada, dan tugas kita cukup hadapi juga ikhlas menerimanya."

Zebira terdiam, hatinya sedikit tersentuh karena kalimat panjang pria itu. Namun jauh di dalam lubuk hatinya jika ia tak rela harus melihat sang ayah bersanding dengan wanita selain bundanya.

Pria itu meraih pergelangan tangan Zebira membuat Zebira tersentak kaget. Kini keduanya saling tatap satu sama lain.

"Percaya sama gue kalau ini yang terbaik. Terkadang apa yang kita mau itu enggak selamanya bakalan kita dapatin. Layaknya gue yang berharap bisa sama lo, tapi nyatanya semesta belum mengizinkan itu, Ra."

"Maksud lo? Lo berharap sama gue?" tanya Zebira dengan kerutan di dahinya.

Alih-alih menjawab pria itu justru tersenyum sembari melepas pegangan tangan keduanya. "Lo cewek kuat, Ra. Gue juga tahu lo sayang banget sama ayah lo. Gue mohon kasih izin buat ayah lo kembali ke cinta sejatinya. Gue yakin nantinya keluarga lo bakalan bahagia. Lo bakalan punya sosok ibu yang bahkan enggak pernah lo rasain sejak lo dilahirkan. Gue pamit. Jaga diri baik-baik, Ra."

***

Haiiii setelah sekian lama akhirnya aku bisa nulis lagi, but aku memutuskan untuk langsung nulis pamungkasnya karena jujurly sangat sulit buat lanjut nulis cerita naka sama Evan. Maaf ya. Mungkin suatu saat nanti jika ada kesempatan aku bakalan coba usaha lagi bikin cerita mereka. Maaf juga aku ngilangnya lama karena aku selain sibuk ujian aku langsung sibuk ngurus univ (Yap, Alhamdulillah aku lulus SNMPTN guys. Doain ya semoga dilancarkan segalanya sampai nanti aku bisa jadi perawat aamiin, iya guys aku jadinya ambil keperawatan di UPN veteran Jakarta).

Oke balik ke cerita pamungkas series Agasa dkk, menurut kalian pria itu siapa? Cewek yang mau nikah sama ayahnya Zebira siapa? Hayohhh siapa yang udah tahu?

Semoga suka ya, makasih udah mampir😙❤️

Selasa, 5 April 2022.

Monachopsis [ Completed ]Where stories live. Discover now