4. Misi Kembali Zemi dan Bianca

631 21 1
                                    

"Tak ada yang tak mungkin untuk bisa kembali bersama masa lalu selagi sama-sama mau."

🎸🎸🎸







"Kalau tahu dari awal mau di restorannya Devon kayaknya aku gak bakalan bawa uang deh, Zem. Dia 'kan temen kita jadi gratisan aja."

Zemi terkekeh kecil mendengar penuturan mantan kekasihnya sesama SMA dulu. Gadis itu memang sudah hampir berumur setengah abad namun jiwanya masih sama seperti Bianca semasa SMA.

"Justru karena temen kalau bisa kita kasih lebih, Bianca."

"Iya deh yang paling sultan diantara kita mah bebas."

"Kamu 'kan istrinya si yang paling sultan ini."

Bianca langsung terdiam untuk beberapa saat. Hal itu membuat Zemi tersenyum kaku kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Udah tua, ya? Jadi aneh kalau gombal," ringis Zemi.

"Iya kayaknya, Zem. Udah punya buntut. Kayak aneh aja gitu," balas Bianca.

Bianca benar. Di umurnya yang sudah menginjak angka 43 itu memang bukan saatnya saling menggombal.

"Zebira apa kabar, Zem?" tanya Bianca memecah keheningan keduanya.

"Baik, dia baik kok." Zemi memang tak menceritakan apapun soal kepergian Zebira kemarin. Dia tak ingin Bianca merasa bersalah. "Atta gimana?" Zemi balik bertanya.

"Alhamdulillah, dia baik kok. Lagi sibuk-sibuknya dia," jawab Bianca sedikit menceritakan tentang anaknya yang kian tumbuh dewasa.

"Kamu beneran enggak mau kerja lagi, Bi? Perusahan lagi butuh lulusan hukum apalagi lulusan hukum yang udah berpengalaman kayak kamu," tanya Zemi. Bukan tanpa alasan dirinya menawarkan itu hanya saja Zemi ingin menarik Bianca dari keterpurukan wanita itu akan kehilangan untuk selama-lamanya tiga tahun terakhir ini.

Bianca menggeleng sembari tersenyum manis. "Aku bahagia dengan hidup aku sekarang, Zem. Pagi sampai siang bantu jaga toko, siangnya pulang masak buat Atta, sore sampai malam aku habisin sama Atta. Bisa kumpul sama keluarga itu jauh lebih berharga daripada jabatan atau upah besar."

"Zebira pasti senang punya mama kayak kamu," puji Zemi sembari tersenyum bangga.

"Atta juga pasti bangga punya papa kayak kamu, Zem. Kamu selalu berusaha keras demi anak kamu," balas Bianca dengan pujiannya.

"Aku mau pernikahan kita secepatnya digelar atau setidaknya keluarga kita saling mengenal dulu. Terutama Atta sama Zebira. Mereka perlu adaptasi. Aku mungkin pengin secepatnya menunaikan amanah ini, tapi prioritas utama aku sekarang Zebira. Kamu pun Atta, 'kan?"

Bianca mengangguk mengiyakan.

"Jadi, mulai sekarang kita jalin hubungan antara Atta, Zebira, kamu sama aku," lanjut Zemi.

"Tapi ada hal yang perlu kamu tahu, Zem."

"Apa? Soal apa?"

"Atta, ini soal Atta dan perasannya."

"Maksudnya?"

"Atta suka sama Zebira."

Deg.

***

"Tahu enggak, Nan?"

Kenan menoleh ke samping, tepat ke arah Reina. "Apa?" tanyanya.

"Papa pernah bilang kalau tante Diana itu paling jago perkara menyembunyikan perasaannya. Awalnya gue enggak percaya karena menurut gue cintanya tante Diana ke om Agasa ke lo ke bang Evan ke Yaya itu jelas banget, tapi kali ini gue setuju sama papa."

Monachopsis [ Completed ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt