(18) Tidak Pernah Menjadi Mudah

831 67 29
                                    

Matahari ketika pulang sekolah memang selalu sepanas ini. Seharusnya semua siswa sudah biasa menyesuaikan diri ketika suhu jadi meningkat drastis, seharusnya semua orang bisa sedikit kalem dan menahan diri untuk mengeluh kepanasan secara berlebihan.

Semua orang? Ya, em ... mungkin kita bisa mengecualikan satu orang--Lily.

Anak itu benar-benar tidak memahami arti kata kalem. Kerjaannya ketika pulang sekolah mengoceh saja.

Selama perjalanan menuju parkiran, berbagai macam hal sudah lengkap Lily keluhkan: mulai dari matahari yang selalu terik, kelalaian dirinya yang lupa bawa jaket, siswi yang memakai lipbalm dan berkaca di spion motor orang, bahkan semut yang berbaris di dinding; astaga, apa salah semut itu?

Dan orang yang menderita karena ocehan itu adalah Maya. Menulikan rungu sudah menjadi sebuah kewajibannya. Yah, Maya sudah terbiasa, jadi saat ia menyadari betapa panasnya hari ini, Maya langsung memasang earphone kemudian menyeruput teh kotaknya dengan hikmat. Bukannya Maya kurang ajar karena mengabaikan Lily, tapi terkadang ada hal-hal tidak masuk akal yang bisa keluar dari mulutnya; masa segala semut digibahin?

"May-May!" Panggil Lily seraya menepuk pelan lengan Maya, "Lihat deh, tuh! Aduh Saka keren banget, sih. Kapan ya gue bisa diboncengi Saka peke motor itu?" Lily memang ahli dalam hal berkhayal.

Tapi melihat Maya yang tidak merespon, membuat ia menoleh ke arah sahabatnya yang tepat berada di sampingnya.

Kepala Maya mangut-mangut kecil mengikuti aluanan musik yang terputar seraya menyeruput teh kotak selagi matanya mengawasi ke kejauhan, menanti jemputannya.

Sementara Lily melotot menyadari eraphone di telinga Maya. Ia langsung memutar tubuh Maya hingga menghadapnya.

"Maya! Jadi dari tadi lo gak denger gue ngomong?" Protes Lily.

Maya langsung melepas earphonenya, "denger kok"

"Kalau gitu barusan gue bilang apa ?"

"Lo bilang: kapan ya gue bisa diboncengin Saka?" Kata Maya santai, well hanya itu yang sempat ia dengar, untung tadi trek lagunya sempat mati jadi Maya harus membuka hp untuk mencari lagunya. Saat itulah ia mendengar kalimat Lily barusan.

"Kirain lo keasikkan pake earphone, trus dari tadi gue ngomong sendiri kayak orang gila"

Maya tertawa, Lily, kan sedari tadi memang mengoceh sendiri.

Suasana jadi lebih tenang. Maya tetap melihat ke kejauhan, namun sempat melirik sekilas saat Lily menghela napas singkat, matanya terus mengawasi Saka yang sedang mengobrol seru dengan gengnya di parkiran motor.

"Emang apa serunya, sih, naik motor sport kayak gitu? Apalagi diboncengin, gak takut jatoh?" Heran Maya, melihat Lily yang terus memperhatikan Saka yang duduk di atas motornya. Sesekali anak itu ikur tersenyum saat Saka tertawa terpingkal oleh lelucon temannya.

"Bukan masalah motor sport atau engga tapi orang yang duduk di atas motor itu, kalau bukan Saka gue juga ogah" balas Lily.

Oh jadi karena Saka ...

"Emangnya lo engga mau naik motor itu?" Tanya Lily lagi.

Sementara Maya henya menggeleng.

"Diboncengin Saka?"

Lagi-lagi Maya menggeleng pelan.

"Kalau Aska?"

Tapi respon Maya tetap sama. Dan itu sukses membuat Lily menganga tak percaya. Dua most wanted di sekolahnya bahkan di tolak Maya.

"Kim taehyung?" Tanya Lily ngawur.

Astaga, itukan biasnya Tania.

Two Bad BrothersWhere stories live. Discover now