(12) Si Tuan Badass

770 71 10
                                    

Lorong menuju toilet terlihat lengang, Maya bersyukur akan hal itu. Ruangan Jurnalistik berada di lantai tiga dan terletak di ujung lorong, jadi ia berniat mendatangi toilet terdekat. Dia perlu mencuci wajah dan mendinginkan kepalanya.

Maya berjalan belok untuk menemukan lorong lurus menuju toilet, di sini betulan sepi, hanya dua-tiga orang yang lewat. Tidak heran, di sisa waktu istirahat kedua ini para siswa pastinya memilih menghabiskan waktu di kantin lantai bawah.

Tiba-tiba seseorang ah tidak, lebih tepatnya dua orang siswa dan siswi keluar dari toilet khusus laki-laki. Si cowok berseragam basket terlihat mengurung si cewek yang berseragam sama seperti Maya--seragam osis--dengan kedua tangannya. Keduanya sesekali tertawa dengan wajah senang tanpa memperdulikan sekitar. Jarak Mereka begitu intim hingga si cewek mencium bibir sang cowok sekilas, sementara Maya speeclesh dengan kelakuan dua sejoli itu, ia tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi tepat depan matanya, mungkin mereka lupa sedang berada di tempat yang memberlakukan norma paling ketat di dunia a.k.a sekolah. Seharusnya hal tak senonoh demikian tidak boleh terjadi sekolah, karena kesal Maya rasanya ingin menegur manusia-manusia kurang akhlak itu. Tapi selanjutnya ia merasa hal demikian sangatlah merepotkan.

 Tapi selanjutnya ia merasa hal demikian sangatlah merepotkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Maya mempercepat langkah. Argh... kenapa juga lorong ini begitu panjang dan toilet malah berada hampir di penghujung.

Ia ingin sekali pura-pura tak melihat apa-apa tapi bagaimana? Kedua sejoli itu berada tepat di depannya meski masih dengan jarak jauh. Maya menundukkan pandangan, namun sekilas dia tetap mengawasi mereka untuk berjaga-jaga jika berbuat sesuatu yang lebih tidak senonoh.

Mereka sudah pindah posisi saling berhadapan dengan samping badan menyandar pada dinding. Maya jadi sadar kalau dilengan si cowok terdapat gelang lengan bertuliskan huruf C yang berarti kapten. Mungkin ia seorang kapten di tim basket. Tunggu-tunggu, kapten basket? Rasanya Maya baru mendengar kata-kata itu di ruang jurnalistik.

Seketika pupil mata Maya melebar menyadari sebuah fakta. Pelan-pelan Maya mengangkat pandang ingin memastikan sesuatu.

Dan si pemilik gelang lengan kapten itu tidak lain adalah saudara tirinya, Saka.

Segera Maya menutup wajahnya dengan Map. Ia tidak mau bertemu Saka di situasi seperti ini, bakalan jadi moment awkward nantinya. Lebih singkatnya, Maya tidak tau bagaimana akan bersikap, apakah harus sok akrab dengan menyapa atau pura-pura tidak kenal. Ah tidak mungkin keduanya. Lagi pula, Saka mungkin belum menyadari kehadirannya. Maya hanya perlu perlu menyembunyikan wajah dan segera masuk toilet.

Sebenarnya Maya masih tidak percaya kalau itu Saka, ia tak menyangka kalau saudara tirinya ternyata sebrengsek itu, bukan maksud melarang, itu hak mereka, tapi tidak harus di sekolah juga, mereka semestinya lihat tempat di situasi. Bagaimana kalau di pergoki guru. Wah, bisa-bisa mereka bakal dapat pelajaran khusus dari Bu Resti. Maya sempat merinding membayangkan guru berwajah tak selow itu.

Maya bernapas lega saat berada tepat depan pintu toilet, dan segera masuk. Namun saat sudah berada di dalam ia merasa ada yang mengikutinya dan ikut menutup pintu toilet.

Two Bad BrothersWhere stories live. Discover now