(24) Tom and Jerry

70 8 2
                                    

Maya berpaling menatap Aska tanpa sungkan. Wajahnya semakin memesona saat helaian rambutnya terurai bebas oleh angin disenja itu. Ketika beberapa jenak ia melihat raut dingin Aska, barulah ia paham sesuatu. Lantas raut kaku Maya berubah lembut.

Wajah yang pas untuk memasang topeng, brother. Lo mungkin bisa menyembunyikannya dari semua orang. Tapi kayaknya hal itu malah nampak jelas di gue.

[]

"Den Aska sama den Saka itu bukan kembaran neng walau seangkatan. Jadi ceritanya tuh den Saka ngambek karena den Aska masuk SD duluan, dia maunya sama-sama. Padahal udah dijelasin kalau den Saka masuknya tahun depan, eh... ngeyel sampe engga mau sekolah kalau engga sekelas sama-sama. Pokoknya lucu banget deh kalau neng Maya lihat. Pake mogok makan segala. Kalau Alm. Nyonya yang maksa dia buat makan, pasti langsung sembunyi di belakang Bibi. Gitu juga tuh den Aska mogok makan juga, ikut-ikutan den Saka. Jadi akhirnya disekolahin sama-sama deh. Mereka berdua juga sangat cerdas dan nakal, sering banget ngejahilin Bibi kalau lagi masak, pasti ada-ada aja kelakukannya yang bikin dapur berantakan, " Bi Yani tertawa sumbang saat menerawang kenangan di langit-langit kamar Maya.

Sementara Maya praktis tersenyum membayangkan dua bocah nakal dalam cerita Bi Yani. Sekarang rasa penasarannya terpecahkan tentang mengapa Aska dan Saka bisa satu angkatan padahal umur mereka selisih satu tahun. Berarti Aska lebih tua satu tahun dari Maya dan Saka lebih tua beberapa bulan darinya.

Bi Yani terlihat mengusap air mata yang menggenang dengan ibu jari. Maya takut mengartikan kalau itu air mata kebahagiaan atau kesedihan, sebab air mata itu jatuh dari wajah yang tersenyum bersama garis mata yang sendu.

"Mereka pasti dekat banget waktu kecil ya, Bi?"

"Tentu saja. Ibaratkan sendok dan garpu, saat bersama mereka sempurna, saat berpisah mereka tetap berguna, tapi tak pernah terasa lengkap."

"Tapi takdir berkata lain," pandangan Bi Yani berubah pilu, bibirnya samar bergetar, "setelah kecelakaan kendaraan yang dialami Aska, Saka dan Alm. Nyonya pada malam itu. Langit mereka seolah terbalik. Tidak ada lagi tawa Aska dan Saka di rumah ini, tidak ada lagi sendok dan garpu di dalam satu piring. Akibat kecelakaan itu ditambah kehilangan Alm. Nyonya dan calon adiknya membuat dua anak kecil itu syok dan trauma hebat. Apalagi saat tahu penyebab dari kecelakaan itu."

"Apa penyebabnya Bi?" Maya menggenggam tangan Bi Yani yang dingin. Sementara wanita paruh baya itu menatap Maya lekat.

"Overdosis obat tidur, atau bisa dikatakan percobaan bunuh diri dari Alm. Nyonya."

Maya menutup mulut tak percaya. Wajahnya pias. Pikirannya kaku untuk hanya memikirkannya saja. Ia tidak bisa menggambarkan perasaannya sekarang, terlalu campur aduk. Namun yang pasti, mata almondnya menggenang.

"S-sebenarnya ... apa yang terjadi Bi?"

"Bibi juga tidak tahu nak, Bibi tidak mengetahui terlalu jauh permasalahan keluarga ini waktu itu. Dan Bibi merasa tak punya hak untuk tahu ataupun ikut campur. Namun, yang pasti ... Alm. Nyonya positif mengidap depresi berat. Almarhum memang sering sakit-sakitan. Ditambah lagi Tuan Ridwan yang seperti jarang memperhatikan istrinya," Bi Yani memalingkan wajah saat air matanya kembali jatuh, "Mungkin juga karena ini adalah pernikahan perjodohan."

Kepala Maya terasa berat, dadanya serasa diremas. Untuk membayangkan apa yang terjadi di masa lalu keluarga ini saja ia tidak berani. Yang Maya tahu, tak pernah ada masalah kecil yang bisa menyebabkan seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Apalagi sampai membawa anak-anaknya yang bahkan tidak tahu apa arti dari mengakhiri hidup.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Two Bad BrothersWhere stories live. Discover now