(17) Tiga Kotak Bekal

818 78 20
                                    

"Mama! Tumben jam segini belum berangkat?"

Ratna tersenyum lembut saat Maya mengambil duduk di depannya.

"Iya nih, pagi ini Mama engga ada janji, banyak luang," Ratna menutup 3 kotak bekal berisi makanan yang telah ia buat dengan tangannya sendiri, "jadi, Mama sekalian mau bikin bekal buat kalian, isinya ikan tuna kesukaan kamu"

Kalian?

"Ini buat Maya, Terus 2 sisanya tolong kasihkan ke Aska sama Saka ya, kalian kan satu sekolah," lalu Ratna memasukkan 3 bekal itu dalam tas kotak makan, " soalnya mereka engga pulang ke rumah semalaman, mungkin nginap diluar. Mama jadi engga bisa ngasi ini langsung."

"Mm ... gimana ya Ma. Soalnya Maya jarang banget ketemu mereka di sekolah,"

Tidak bisa dibilang jarang juga sih. Lebih tepatnya Maya yang selalu menghindar jika kebetulan berpapasan, "mereka sibuk banget Ma di sekolah. Maya engga yakin bisa ngasih bekal ini ke mereka."

Mm ... bagaimana ya Maya menyampaikannya. Ia hanya tidak ingin terlalu sering bertemu mereka, rasanya benar-benar tidak nyaman dan canggung

"Tapi engga ada pilihan lain, sayang. Cuma kamu yang bisa ngasih ini ke mereka. Lagian Mama udah terlanjur bikin 3, masa 2-nya harus dibuang." Bujuk Ratna.

Bukan tanpa alasan Ratna melakukan semua ini. Dia hanya ingin membuat hubungan yang lebih dekat dengan kedua bersuadara itu, termasuk agar lebih mendekatkan Maya dengan mereka. Sebab hampir sebulan mereka resmi terikat dalam hubungan keluarga, hampir tidak ada kemajuan berarti dalam membangun chemistry kekeluargaan. Ini dikarenakan Aska dan Saka seperti sangat menghindarinya dan Maya.

Mereka semakin jarang pulang ke rumah, Ridwan terus sibuk dengan perusahaan sehingga tidak mampu mengontrol anaknya yang tengah dalam fase tanggung itu. Bukannya semakin dekat, Mereka justru semakin asing. Ratna tidak bisa tinggal diam.

"Mama minta tolong ya, sayang" Ratna menyodorkan tas kotak makan dan membawa jemari Maya untuk menggenggamnya.

Maya menghela napas berat, kalau sudah begini ia tidak mungkin sanggup untuk menolak, "Maya usahain ya, Ma."

Ratna tersenyum senang, "nah gitu dong. Ya udah, gih berangkat. Pak Junaidi udah nunggu Maya tuh di luar."

Maya mengiyakan, mencium punggung tangan Mamanya. Kemudian Ratna balas mengecup kening putrinya sarat dengan kasih sayang.

.
.
.
.
.

Ketika Maya sampai ke sekolah, tanpa pikir panjang ia langsung bergegas melaksanakan apa yang di amanat Ratna padanya.

Masih lima belas menit sebelum bell masuk. Ia pikir saat ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan bekal ini pada dua bersaudara itu sebab ia tidak yakin bisa bertemu mereka waktu istirahat nanti. Selain karena sibuk, Maya juga tidak mau menjadi pusat perhatian karena telah berani memberikan bekal makanan kepada most wanted sekolah.

Dia sudah mengecek masing-masing kelas Aska dan Saka, namun sesuai dugaannya mereka jam segini belum datang kesekolah. Untung saja saat ke kelas Saka, Maya bertemu Leo and the gang, jadi bisa sekalian menitip bekal itu pada mereka. Maya juga bersyukur karena tidak berhadapan langsung dengan Saka.

Sekarang tinggal satu; punya Aska. Maya pikir mungkin lebih baik menunggu di parkiran sekolah. Supaya saat melihat mobil Aska, dia bisa langsung memberikan bekal ini. Ya, setidaknya itu sudah pasti karena Maya yakin bisa bertemu Aska di area parkiran.

Lima menit lagi bell masuk akan berbunyi, Maya jadi gelisah sebab mobil Aska belum tertangkap matanya.

Oh, tunggu. Itu dia, mobil beratap rendah berwarna dark green yang terlihat super mahal; Maya tidak salah itu memang Aska.

Two Bad BrothersWhere stories live. Discover now