(6) Permainan Di Mulai [b]

1.1K 98 1
                                    

 
Typo terdeteksi? Langsung komen.

***

   Maya melangkahi satu demi satu anak tangga dengan keringat dingin. Sementara Ratna hanya berjalan enteng di depannya.

Well, walaupun tadi Maya sudah berdandan rapi dan berpenampilan terbaik dengan bantuan Ratna, tapi itu tidak menyurutkan gemuruh di dadanya yang membuat Maya terus bertingkah gelisah, seperti terus menyelipkan rambut di telinga atau melicinkan pakaian yang sebenarnya tidak kusut.

Dan ia juga menyesali langkah Mamanya yang terlalu cepat hingga tak terasa sekarang mereka sudah menapaki ruang makan.

Mata Maya langsung mendapati meja makan yang lebar dan panjang yang ia tempati tadi siang terlihat kosong. Tapi di kursi paling ujung, Ia mendapati Om Ridwan duduk dengan elegan dan terlihat sangat berwibawa, bibirnya mengukir senyum hangat ketika Ratna dan Maya tertangkap di matanya.

Namun, Ridwan tidak sendiri.

Tepat pada serong kanan yang berjarak satu kursi kosong dari tempat Ridwan duduk,

Ada seseorang. Berjenis kelamin laki-laki, tampan, dan ...tersenyum?

"Brittney Griner?!"

"What?! Demi gue yang tadi keselek ayam crispy. Cowok itu ngapain nongkrong di sana woi?!" Batin Maya berteriak, menolak sebuah praduga yang membentur kepalanya dengan keras.

"Brittney Griner? Siapa Saka?" Ridwan bertanya.

Iya, dia Saka Narendra, Maya baru ingat nama itu. Dia cowok yang mempermainkan Maya di sekolah tadi, dia cowok yang menyapu keringat di wajah Maya dengan dasinya, dan dia cowok yang hampir bikin hidung pas-pasan Maya jadi pesek karena bola yang sengaja ia lempar ke wajah Maya.

Benar-benar momen zonk.

"Ah... dia, tadi di sekolah saya enggak sempet nanya namanya siapa, jadi ya saya panggil Brittney Griner" kata Saka bermuka lempeng.

Entah apa yang lucu, yang pasti Maya hanya tersenyum canggung saat Ridwan justru tertawa dan Ratna terlihat ikut-ikutan.

Puas tertawa, Ridwan pun berhenti.

Keadaan justru hening.

Ratna berdehem, memecahkan suasana yang mendadak canggung, "Maya, ayo duduk nak!"

Lagi, Maya mengangguk canggung sebelum benar-benar duduk di kursi. Sedangkan Ratna turut duduk di samping kanan berdekatan langsung dengan Om Ridwan.

"Jadi kalian pernah bertemu di sekolah?" Tanya Ridwan, ia menatap Saka dan Maya bergantian.

"Iya Pa, cuma kebetulan" jelas Saka singkat dan terlihat tidak tertarik.

Maya mencebik dalam hati, membalas dengan pandangan tak suka yang tidak kentara. Dia memang harus menjaga sikap. Ia pun tidak ingin bertindak ceroboh lagi.

Tiba-tiba, bunyi ketukan sepatu menggema dan terdengar semakin dekat ke arah Maya, semua atensi pun terpusat pada sosok yang datang, membuat Maya mau tidak mau turut menoleh.

Seolah takdir tak pernah bosan membuat Maya terkena serangan jatung ringan, ia lagi-lagi di buat ingin bunuh diri karena merasa di permainkan oleh takdir.

"Aska? Dari mana saja?"

"Aska" batin Maya mengulang.

"Emergency Pa, urusan sama temen" katanya datar, lantas berjalan ringan mengitari meja hingga terhenti di kursi kosing antara Saka dan Ridwan kemudian mengatur duduk di sana.

"Apa itu lebih penting dari urusan dengan keluarga kita?" Ridwan melempar ekspresi dingin pada si Sulung.

Sedangkan cowok yang baru saja duduk itu terlihat menghela napas, "kalau penting, kenapa enggak langsung di mulai saja Pa"

Maya syok dalam diam. Jawaban macam apa itu? Di lihat dari sisi mana pun, kalimat tadi terdengar tak ada pantasnya jika di lontarkan pada pertemuan seperti ini.

Dan mata itu,

Aska dan Saka,

Setiap kali mereka terlihat memandang Ridwan, Maya menangkap sesuatu yang berkilat dalam mata mereka, semacam ...emosi tak senang.

Em... benci, dendam, marah atau,,

"Kecewa ..."

Iya, itu kata yang tepat.

Ada sesuatu yang tidak beres.

Keluarga ini ...

Ridwan pun terlihat menahan emosi, namun ia menghela napas setelah memutuskan kontak mata dengan Aska.

Keluarga ini tidak beres.

"Baiklah, Maya selamat datang di keluarga Ridwa, sekarang status kamu adalah anak dari Ridwan Anggara Narendra. Kamu boleh memanggil saya dengan sebutan apapun selama itu membuat kamu nyaman dan masih terdengar sopan." Ridwan mengambil atensi, sedangkan Maya yang namanya baru saja di sebut terlihat berusaha bersikap tenang dan memertahankan senyuman terbaik, kendati dirinya yang masih terkejut dengan apa yang terjadi.

"Dan ini anak saya, Aska Anggara dan Saka Narendra, yang sudah berstatus sebagai kakak kamu sekarang."

Maya tersenyum seadanya pada Ridwan, kemudian reflek menoleh ke arah Ratna yang mengangguk dan ternyata juga sedang tersenyum hangat ke arahnya. Tapi nyatanya, senyuman itu tak mampu menghangatkan kulit Maya yang berkeringat dingin kendati ia pun merasa ada sesuatu yang mengganggunya, membuat membuat bulu kuduknya merinding.

Maya memutar pandang, kemudian terhenti pada satu titik dimana kedua saudara tirinya sedang duduk manis.

Oke, sekarang ia mengerti kenapa tubuhnya mendadak merinding,

Karena di depannya,

Aska tengah menyorot Maya dengan tatapan sedingin gunung Everest, dan tanpa ekspresi, hingga Maya merasa kalau terlalu lama di tatap begitu ia akan jadi manusia es yang membeku.

Sementara disisi lain, Saka pun tengah menyorot Maya dengan pandangan tak terbaca, seperti... beruang yang menemukan makanan lezat sehabis bangun dari hibernasi? Entahlah, Maya juga tidak yakin. Bibir lelaki itu mengukir senyum, namun jika di teliti, sudut bibirnya justru terlihat sedikit miring?

Maya memutuskan kontak mata karena merasa tak nyaman, bertepatan dengan itu para Maid mulai berdatangan dengan teratur dan terlatih, kemudian menghidangkan makanan yang tidak Maya kenali, mungkin semacam makanan pembuka yang sangat kecil di piring yang lebar itu.

Maya pun bersiap menyuap saat Ridwan mempersilahkan semuanya untuk menikmati makanan yang di sediakan.

Makanan kecil itu berhasil lolos ke dalam mulut Maya dengan sekali suap. Namun entah kenapa, secara tidak sengaja ia malah mengangkat pandang ke arah Saka, mungkin untuk memastikan kalau Saka tidak lagi menatapnya seperti tadi.

Tapi ternyata ia salah. Pandangan mereka menumbuk. Masih dengan ekspresi yang sama, Saka terlihat mengangkat gelasnya yang berisi sirup anggur, dan seperti mengajaknya untuk bersulang?

"Let's begin the game"

Ucap Saka tanpa suara. Iya, Maya bisa membaca gerakan mulutnya.

Dan saat Saka mengedipkan sebelah mata padanya, Maya langsung memutuskan pandangan tanpa pikir panjang, apa maksudnya cowok itu? Permainan apa?

Dalam hati, Maya menyadari suatu hal yang pasti, bahwa setelah makan malam ini, hidupnya mungkin tidak akan berjalan mudah.

Karena ketika Saka mengedipkan matanya pada seseorang, maka Saat itulah orang tersebut telah masuk ke dalam permainannya.

________________________________________

Oke, 2 part sekaligus.

Lanjut?

Vote

Two Bad BrothersWhere stories live. Discover now