54. Rindu

9.6K 405 8
                                    

"Jika kamu ingin tahu. Di setiap malam, aku selalu mengingatmu, membayangkan wajahmu, memanggil-manggil namamu. Tapi aku tidak dapat lagi memelukmu."

***

Angkasa duduk didepan loker. Cowok itu terlihat sangat lelah. Angkasa baru saja bermain futsal dengan teman-temannya. Cowok itu membuka botol air mineral. Lalu dia menegaknya sampai habis. Cowok itu masih mengatur nafasnya. Lalu Angkasa mengelap keringat dilehernya dan wajahnya. Angkasa berdiri dan membuka loker bernomor satu. Cowok itu ingin mengganti jersey nya dengan seragam sekolah.

Setelah itu Angkasa keluar dari dalam loker. Cowok itu berjalan melewati beberapa kelas yang ramai. Angkasa mulai berfikir. Sejak tadi pagi ia belum bertemu dengan Senja. Jujur saja, cowok itu sangat merindukan sosok perempuan yang dulu pernah ia anggap sebagai perusuh. Tapi pada akhirnya jatuh cinta. Dan sekarang, semuanya seakan telah hancur berantakan.

Angkasa duduk dibawah pohon besar yang ada disekolahnya. Disana adalah tempat yang cocok untuk menyendiri karena disini tempat yang sanga sepi. Masalah Senja. Angkasa lebih memikirkak banyak soal cewek itu. Walaupun pertempuran pada malam itu The Blaze menang. Dan tidak akan ada lagi musuh yang mengancam. Tapi bagaimana caranya agar memperbaiki semuanya yang telah hancur. Jujur saja Angkasa juga masih berhati-hati dengan cowok bernama Renaldi. Cowok dengan segala omongan palsunya.

"Kalo ini ditanam disini bu?"
Suara itu terdengar Angkasa melihat sekelilingnya. Tapi tidak ada siapa-siapa. Angkasa mengacak-acak rambutnya. Dia berfikir kenapa cewek itu selalu ada dalam bayang-bayangnya.

"Nanti ini tumbuhnya kaya gimana?" Suara itu nampak lebih jelas. Angkasa benar-benar seperti orang gila!

"Sepertinya ditanah ini sangat cocok. Lebih baik kita tanam disini. Tapi kita perlu bantuan. Tidak mungkin melakukannya berdua, apalagi kita perempuan." ujar guru yang biasa dipanggil Bu Vio. "Senja, kamu tunggu disini ya? Ibu pengen nyari orang dulu," ujar Bu Vio. Senja mengangguk. Lalu Bu Vio pergi dari hadapan Senja.

"Hey kamu?" ujar Bu Vio yang berhenti didepan Angkasa yang sedang duduk. Angkasa menoleh kearah Bu Vio. "Boleh ibu minta bantuan?" tanya Bu Vio.

"Bantuan apa bu?" tanya Angkasa.

"Ikut ibu ya," ujar Bu Vio. Lalu Angkasa hanya mengikuti Bu Vio dari belakang. Lalu langkah Bu Vio terhenti membuat Angkasa juga berhenti. "Senja, nanti kamu dibantu sama dia yaa?" ujar Bu Vio.

Senja menatap kearah cowok yang ada dibelakang Bu Vio. Rasanya ingin berteriak senang, ingin langsung menghampiri Angkasa. Tapi mungkin tidak akan terjadi lagi. Senja hanya mengangguk pelan. Lalu ia menunduk dan menggalih tanah.

"Gue aja," Angkasa mengambil cengkrong yang ada ditangan Senja lalu ia menggalih lubang dengan cukup dalam. Senja pun langsung menanam dengan baik tumbuhan bunga matahari tersebut.

Sudah beberapa kali menanam benih, juga bunga matahari yang sudah tumbuh. Taman itu sebentar lagi akan dihiasi oleh banyaknya bunga-bunga indah. Sekarang SMA Sebang sedang memperbaiki diri untuk menjadi sekolah yang lebih baik. Sudah semester dua, tapi SMA Sebang akan terus berjibaku untuk membangun sekolah ini menjadi hidup kembali. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Rasa canggung begitu menimpa Senja. Rasanya ingin sekali kembali dalam pelukan cowok ini. Tapi semuanya telah hancur. Seperti sudah tidak ada harapan lagi, Senja hanya bisa memandang Angkasa yang sedang menggalih tanah. Tepat didepannya, wajah tenang cowok itu membuat bibir Senja terangkat. Rasa nya rindu sekali dengan cowok yang pernah mengisi hari-harinya selama ini. Bukan sekedar rindu saja. Tapi ingin memperbaiki semuanya yang telah hancur.

Angkasa [END] ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora