35. Bulan & Matahari

7.2K 398 8
                                    

Pada akhirnya

Kamu yang akan terus aku sinari

Sampai kapanpun walau kamu tak menyadari

Angkasa

****

Angkasa membawa Senja ke rooftop. Cowok itu
duduk di kursi kayu panjang yang berada disana. Senja juga ikut duduk disamping Angkasa, Senja menatap langit didominasi cahaya oranye matahari. Dari atas sini, bisa melihat atap-atap rumah yang terlihat jelas, ditambah beberapa warna hijau yang berasal dari pohon. Sinar matahari oranye itu memancar ke bumi membuat bumi terlihat lebih indah.

"Andai hidup aku kaya langit ini. Indah, seperti nama aku 'Senja' tapi gak bisa." Senja menyenderkan kepalanya dipundak Angkasa, cowok itu juga menaruh tangannya dibelakang Senja, tangan cowok itu mengelus kepala Senja dengan penuh kasih sayang. "Aku sempat pernah membuat skenario hidup yang aku harap bisa aku jalani. Tapi ternyata tidak, hidupku berbanding sebaliknya. Skenario yang pernah aku tulis itu hanya menjadi kertas-kertas yang tidak terpakai, hanya pantas berada ditempat sampah. Apa yang aku harapkan tidak pernah menjadi kenyataan."

"Terkadang aku pernah merasa bahwa hidup aku nggak berarti, orang yang paling aku sayangi, yaitu kaka aku sendiri hilang ntah kemana. Hanya ada orangtua aku yang ada. Tapi mereka nggak peduli, memang aku sering berfikir bahwa hidup aku tidak pernah ada artinya. Aku dan prestasiku tidak bisa aku banggakan kepada mereka yang aku cinta. Peduli saja mereka tidak permah. Apalagi mereka menganggapku."

"Tapi aku bahagia, tuhan telah mengirimkanku seseorang yang aku harap dia akan menjadi seseorang satu-satunya yang menjadi teman hidupku. Anugrah yang pertama kali aku terima adalah kamu Angkasa," ujar Senja.

Angkasa menghirup aroma wangi dari rambut Senja tenang. "Aku sayang kamu Senja."

"Aku juga sayang kamu Angkasa."

Langit kini menjadi gelap. Matahari sudah pulang untuk istirahat, posisi nya sudah digantikan oleh bulan dan matahari. Cahaya bulan dan bintang memang tidak pernah sampai ke bumi, tapi keindahannya begitu terlihat jelas dari bumi.

"Angkasa. Kalo kamu mau jadi benda langit malam hari, kamu mau jadi apa?" tanya Senja. "Kalo aku sih mau jadi bulan."

"Mau jadi matahari," jawab Angkasa.

"Ish! Malem-malem mana ada matahari. Kamu jadi bintang aja. Biar deket terus sama aku."

"Bulan sama bintang gak deket. Jauh, hanya dari pandangan kita aja mereka deket," ucap Angkasa. "Alasan aku memilih Matahari. Karena bulan gaakan pernah terang kalo bukan dari sinar matahari. Aku emang gak terlihat dilangit malam. Tapi aku ada dibelakang bulan untuk selalu menyinarinya. Ibarat, aku memang gaada disamping kamu, tapi aku tetap ada dibelakang kamu. Menemani kamu sampai kapanpun, jangan pernah ragu. Aku selalu ada sama kamu," ucap Angkasa.

Senja tersenyum mendengarnya. "Andai, ada dua lelaki disampingku sekarang. Dua lelaki tampan dan gagah yang akan menjagaku dari siapapun. Dua lelaki yang paling aku cinta dan sayangi. Yaitu kamu dan Kakaku. Semoga, doa-doa yang aku kirimkan kepada tuhan terkabulkan. Aku harap. Siapapun yang kini ada dihatiku selalu tetap dihatiku, tetap disampungku. Yang jauh dari fisikku akan mendekat secara perlahan."

Maaf Ja. batin seorang lelaki yang kini berdiri dengan raut wajah sendu nya. Dia berdiri dengan jarak yang lumayan jauh dari Senja dan Angkasa.

Senja menoleh kebelakang. "Ka Vero?" ucapnya tak percaya. Lalu dia langsung berdiri dan berlari. Tapi sayangnya, lelaki tadi langsung berlari. Senja juga berlari mengejar lelaki yang menggunakan sweater hitam. Wajahnya memang tertutup, tapi dengan yakinnya Senja mengejar lelaki yang berlari.

Angkasa [END] ✓Where stories live. Discover now