47. Hancur (2)

7.9K 370 18
                                    

Angkasa masuk kedalam markas The Blaze. Cowok itu nampak lemas sekali, dia membating tubuhnya di sofa dengan wajah yang masam. Lalu dia mengacak rambutnya frustasi. Memang Angkasa tidak pernah sampai seperti ini. Dulu, dia yang pernah selalu menolak Senja mentah-mentah kini malah menjadi cowok yang gila akan cinta! Bodoh!

"Gue bilang juga apa, kan. Gak bakal mungkin lo kuat. Sumpah serapah yang pernah gue keluarin buat lo beneran nyata. Padahalkan lo sendiri yang ngejauhin Senja. Tapi lo sendiri yang stress," ujar Pandu yang duduk disamping Angkasa sambil memakan seplastik cilok ditangannya.

"Diem lo," timpal Angkasa sambil menatap Pandu malas. "Arghhhh!!" Angkasa tiba-tiba melesatkan pukulan pada Pandu membuat Pandu langsung tersentak. Cowok itu juga sampai mengeluarkan cilok dari mulutnya. Mungkin pukulannya sangat keras. Jijik ih sama ciloknya!

"Maaf Ndu," ujar Angkasa. "Mangkanya jangan deket-deket gue!"

"Mampus nah lo Pandu! Udah ngambil cilok gue sih. Sekarang kan jadi lo dipukul sama si Bos!" Jarwo tertawa dari arah yang cukup jauh.

"Masalah mukulnya sih gapapa. Ini loh ciloknya. Tinggal satu, malah jatoh. Rugi gue kan jadinya." Pandu melihat sebutir cilok yang tadi jatuh dari mulutnya. Jijik!

"Ambil aja Ndu. Lumayan kan masih utuh, belum lima menit," ujar Fadli.

"Najis!" timpal Pandu.

"Bekas mulut sendiri kok najis? Tapi, lo emang najis sih." Jarwo tertawa lagi. Cowok itu nampak kegirangan sekali. Pasalnya, tadi Jarwo yang membeli cilok itu. Tapi Pandu malah langsung merebutnya. Membuat cowok itu terlihat sangat dendam pada Pandu.

"Yaelah. Udah nih pipi memar. Perut keroncongan. Gak dikasih uang jajan sama mami, gini amat nasib gue!" ucap Pandu.

Angkasa melempar beberapa lembar uang kepada Pandu. "Beli lagi, jangan miskin-miskin amat!" ujarnya. Lalu cowok itu pergi dari samping Pandu.

"Emang rejeki anak soleh. Yaallah terimakasih..." ucap Pandu sambil bersikap seperti orang berdoa. "Duit segini mah bukan cuma beli cilok, beli sama gerobaknya juga bisa."

"Yaudah. Sekalian buat modal lo jualan cilok aja," ujar Herdi sambil tertawa.

"Yaelah. Masa gue yang ganteng ini jadi abang-abang cilok?"

****

Senja, cewek itu terlihat sedang duduk dipinggir lapangan sekolah. Pagi-pagi sekali dia sudah berangkat ke sekolah. Tapi pada pagi akhir-akhir ini. Nampak tidak ada lagi semangat. Semuanya terasa sangat menyakitkan! Sangat! Senja hanya melamun ada dipinggiran lapangan.

"WOYYY! KENAPA LO DISINI?" sahut Mega yang datang bersama Farah. Dua cewek itu langsung duduk disamping Senja. "Ngelamun aja."

"Lo ada masalah lagi sama Angkasa? Iyakan?" tanya Farah menyelidik. Lalu ada anggukan dari Senja. "Tuh, kan. Gue bilang juga apa, cowok kaya dia itu harus dikasih pelajaran. Belum tau aja dia tulangnya di patahin sama gue!" tambah Farah.

"Emang lo berani Far?" tanya Mega.

"Hmmm, nggak juga sih. Tapi kalo dia begini terus. Dia keterlaluan banget," ucap Farah.

Lalu mereka bertiga melihat cowok dan cewek sedang berjalan. Tangan cowok yang dirindukan senja itu dipeluk orang seorang cewek. Benar-benar terasa menyakitkan! Sungguh! Demi apapun, ini merasa menyakitkan dihati Senja! Bahkan. Senja pun tidak pernah begitu disekolah. Bangsat.

"Tuh. Beneran gak beres ini mah. Bener-bener harus dikasih pelajaran!" Mega yang sudah nampak emosi langsung berjalan pergi. Diikuti oleh Farah. Senja yang tidak bisa melihat kelakuan dua temannya pun langsung berjalan kearah mereka.

Angkasa [END] ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant