M. P. B. 2. 38. Karma Sang Playboy.

2.9K 284 50
                                    

Password accepted.

Mahira membuka pintu, melangkahkan kakinya memasuki apartemen sang putra. Ruang tamu berantakan, dapur yang tak ubah kapal pecah dan kamar tidur aut-autan adalah pemandangan pertama yang menyambut kedatangannya.

Dengan penuh rasa penasaran, Mahira bergegas mencari Alka, si tersangka yang harus bertanggung jawab atas segala kekacauan yang terjadi di hadapannya. Bagaimana bisa apartemen yang biasanya rapi dan bersih berubah bak kandang kambing dalam sekejap.

"Alka ... Alka!"

Mahira menggedor pintu kamar mandi yang sedari tertutup sempurna. Gemericik air terhenti, sahutan seseorang terdengar menyusul setelahnya.

Alka keluar dengan wajah yang cukup memperihatinkan. Pucat dan banyak kantung hitam di sekitar matanya. Sedikit terkejut karena tiba-tiba mendapati bunda kesayangannya sudah berdiri cantik di depan pintu kamar mandi. Menatapnya penuh selidik.

"Jelaskan apa Ini?"

"Apa, Bun?" Alka yang belum mengerti situasi malah balik bertanya. Mahira sampai berdecak sebal dibuatnya.

"Kenapa apartemen kamu sulap jadi kandang sapi begini?"

Alka nyengir, namun sedetik kemudian wajahnya berubah sendu. "Yang biasa rapiinnya ...."

Alka tak melanjutkan ucapannya, sedangkan Mahira menghela napas sangat panjang. "Sini, Nak. Bunda peluk."

Alka menurut, tanpa berucap satu kata patah pun, ia langsung berjalan menghampiri bundanya, memeluk wanita yang sudah hampir dua puluh tahun selalu menjadi tempatnya berpulang, mengadu kala susah ataupun senang itu dengan sangat erat.

"Sebentar lagi, Sayang, sebentar lagi. Bunda yakin kalian bisa melewati semua ini."

Mahira mengelus pucuk kepala Alka dengan lembut. Ia memejamkan mata. Isak tangis putra bungsunya begitu menyayat hati. Suaranya terdengar putus asa, hingga tubuh Alka berguncang karenanya.

"Alka nggak bisa, Bunda. Nggak bisa ...," ucap Alka parau. Semakin menenggelamkan wajahnya dalam dekapan Mahira. "Alka nggak bisa tanpa Lovika."

Mahira tau apa yang dikatakan putranya adalah benar. Alka tidak bisa tanpa Lovika. Selama setahun lebih menikah dengan Lovika, perempuan itu telah mengurus putranya dengan sangat baik, hingga Alka menjadi terbiasa bahkan cenderung ketergantungan. Bak zat adiktif dalam sepuntung rokok. Lovika berhasil membuat Alka tak bisa lepas dari pengaruhnya. Hidup Alka menjadi berantakan dalam sekejap saat Lovika tidak ada. Bahkan Alka seakan tak bisa hidup karenanya.

"Bunda yakin Alka bisa. Ada Yuka. Yuka akan temenin Alka buat melewati semua ini."

Tangis Alka terhenti kala mendengar Mahira menyebut nama buah cintanya dengan Lovika. Seperti halnya amunisi, Yuka selalu menjadi alasan utama Alka menjadi kuat. Bayi mungil itu sudah menduduki urutan tiga teratas perempuan prioritas Alka. Kali ini Alka tak bisa lagi mengelak. Ia harus menjadi lebih kuat dan tegar demi putri kecilnya.

Melepas pelukannya, Alka mengulas senyum, "Bunda bener. Alka harus kuat." Alka berujar seraya menyeka air mata di kedua pipinya. Sorot matanya kembali berbinar. "Yuka pasti sedih kalau lihat papanya lemah."

Mahira balas tersenyum. "Iya, Sayang. Bunda yakin sama Alka. Alka pasti bisa. Semangat!"

Alka terkekeh melihat bundanya mengepalkan tangan. Alka merasa lucu sekaligus terharu. Dengan diiringi rasa semangat yang mulai menyeruak di dalam dada, Alka ikut mengepalkan tangan. Meneriakan kata semangat dengan menggebu. Mahira sampai meneteskan air mata dalam tawanya.

Mahira tau, putranya sedang berpura-pura. Ingin terlihat tegar padahal dirinyalah yang paling terpukul dengan kondisi yang dialami Lovika. Mahira berharap yang Maha Kuasa segera berbaik hati mengembalikan Lovika seperti sedia kala. Mengembalikan senyum seterang matahari milik Alka yang akhir-akhir ini sudah tak bisa tertangkap lagi indera penglihatannya.

M.P.B. 2 [Suami Bocah] 17+Where stories live. Discover now