M. P. B. 2. 4. Balsem.

7.9K 433 88
                                    

Begitu larut dengan pikirannya, Vania tersentak saat seseorang mengangsurkan sekotak nasi goreng ke hadapannya. Ia mendongak, menatap seseorang yang berdiri tegap di depannya. Perlahan sudut bibir Vania terangkat melengkungkan senyuman,

"Alka?"

Alka mengangguk, "Iya, gue minta maaf, tadi gue nggak sengaja nabrak lo."

"Nggak apa-apa, Al," jawab Vania mengulas senyum.

"Ini nasi goreng buat lo." Alka kembali mengangsurkan kotak makan pada Vania yang hanya terdiam menatapnya.

"Ini bersih, kok, rasanya juga enak, jadi lo nggak usah khawatir. Nasi goreng ini buatan perempuan kesayangan gue di rumah."

Alka meletakkan kotak makan miliknya di atas bangku, lantas mengeloyor pergi tanpa peduli Vania akan menerima atau tidak nasi goreng pemberiannya. Berjalan dengan langkah besar, meninggalkan Vania yang masih terpegun di tempatnya.

Tersadar dari lamunan, tatapan Vania beralih pada kotak makan yang berada di sampingnya. Bibirnya merekah, dan hatinya menghangat mengingat potongan kalimat yang diucapkan Alka padanya.

"Nasi goreng ini buatan perempuan kesayangan gue di rumah"

Vania yakin yang dimaksud Alka perempuan kesayangan itu adalah ibunya, karena ia sendiri pun sering menyebut ibunya dengan panggilan yang sama.

Bibir Vania semakin melebar. Tak sanggup lagi menahan perasaan bahagia yang membuncah di dalam dada. Bukankah ia sangat beruntung hari ini, mendapat makan siang buatan ibu dari cowok spesial pujaan hatinya.

☆Suami Bocah☆

Usai melaksanakan salat dzuhur berjamaah di mesjid kampus, Alka, Willy dan Tatang bergegas ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah meronta-ronta minta dipuaskan. Ketiganya mendesah,  saat mendapati pemandangan kantin yang penuh dan sesak, terutama warung bakso incaran mereka yang terlihat padat dan panjang antrean.

"Makan di luar aja deh, gue udah laper banget nih," usul Alka pada Tatang dan Willy. Keduanya mengangguk setuju karena rasa lapar yang sama-sama sudah menyerang perut mereka. Dengan langkah gontai ketiganya berjalan keluar dari kantin.

Namun, tiba-tiba saja seruan seseorang menghentikan langkah ketiganya. Di sana, tepat di pojok kantin, Nadhira melambaikan tangan, meminta Alka, Willy dan Tatang berjalan menghampirinya.

Tanpa banyak bicara lagi,  ketiganya menurut, berjalan cepat menghampiri Nadhira yang sedang duduk bersama seorang cewek berkerudung biru .

"Kalian mau pada ke mana, sih?" tanya Nadhira ketika Alka, Willy dan Tatang sampai di hadapannya.

"Kita mau cari makan siang di luar, Sayang. Kantin rame banget soalnya," sahut Willy lembut saat Nadhira menampakkan wajah kesalnya.

Nadhira berdecak, "Makannya punya HP itu jangan dipendem di dalam tas terus. Aku kan tadi udah chat kamu, kalau aku udah pesenin makan siang."

"Maaf ya, Sayang," Willy mengusap pucuk kepala Nadhira dengan sayang, "aku tadi habis salat, HPku disilent makannya nggak Kedengeran.

"Yaudah nggak apa-apa, ayo kita makan," ucap Nadhira, merasa tak tega melihat wajah Willy yang merasa bersalah.

"Kamu nggak marah 'kan?" tanya Willy lagi, merasa tidak enak hati pada pacar kesayangannya.

Nadhira menggeleng pelan, lalu tersenyum hangat. Cewek itu langsung menarik tangan Willy agar segera duduk di sampingnya.

Lain Willy, lain pula Alka dan Tatang. Kedua Cowok itu tanpa harus diminta Nadhira sudah lebih dulu duduk di samping kiri dan kanan  cewek berkerudung biru. Meraih semangkuk mi rebus dengan dua telur setengah matang  yang sengaja dipesan Nadhira untuk keduanya.

M.P.B. 2 [Suami Bocah] 17+Where stories live. Discover now