M.P.B. 2. 1. OSPEK.

14.4K 497 104
                                    

Bagi seorang ibu rumah tangga, pagi hari adalah waktu krusial yang super sibuk. Waktu di mana seorang istri, seorang ibu bertransformasi menjadi sosok multitasking.

Membuat sarapan, menyiapkan bekal, menyiapkan pakaian dan seluruh kebutuhan seisi rumah, baik suami ataupun anak-anaknya, bahkan terkadang harus menahan kesal saat membangunkan mereka yang tertidur seperti mayat atau pantang bangun sebelum disembur.

Sama halnya dengan Lovika yang merasa pagi ini sedang diuji kesabarannya. Membangunkan Alka sedari pukul lima subuh hingga pukul setengah tujuh pagi yang tak kunjung juga terbangun. Berbagai cara sudah Lovika lakukan untuk membangunkan Alka, tapi suaminya itu kembali tertidur setelah sempat terjaga atau hanya menggumam sebentar.

Padahal hari ini adalah hari pertama Alka mengikuti OSPEK di kampus barunya.

"Al, bangun! Udah jam setengah tujuh, ntar lo telat ke kampus." Lovika mengoyang-goyangkan tubuh Alka dengan gemas.

"Hmm," Alka kembali menggumam, " masih ngantuk, Yang."

Lovika berdecak, "Nggak usah manja deh, Al. Ayo, bangun!" Tangan Lovika Menyibak selimut yang menutupi tubuh shirtless Alka, menarik kedua lengannya, memaksanya untuk bangkit.
Namun sayang, usahanya sia-sia, Alka tetap bertahan di tempatnya. Bobot tubuhnya yang berat membuat Lovika kesulitan mengangkat tubuh cowok itu.

"Al, bangun sekarang atau aku siram pake air seember!" ancam Lovika berapi-api, hatinya sudah mangkel pada suami bocahnya. "Oke, fine. Tunggu di sini aku ambil dulu airnya," kata Lovika saat melihat Alka masih bergeming di tempatnya.

"Iya iya. Aku bangun." Alka memeluk perut Lovika yang hendak bangkit dari duduknya. Memindahkan kepalanya ke atas pangkuan Lovika dengan manja. "Jahat banget, sih, Yang. Aku tuh masih ngantuk, prngen istirahat dulu, badan aku sakit semua," rengek Alka seraya menenggelamkan wajahnya di perut Lovika.

Lovika menghela napasnya kasar, "Alesan. Emang kamu habis ngapain, dari kemarin juga nggak ke mana-mana 'kan?"

"Iya, aku emang nggak ke mana-mana, tapi ...," Alka mengangkat wajahnya, menatap lovika lantas melempar istri kesayangannya itu dengan senyuman penuh arti, "semalaman penuh habis bahagiain kamu."

Lovika mendengkus, cepat-cepat ia memalingkan wajahnya yang sudah memerah bak tomat busuk. Kalau saja tidak takut dosa, rasanya saat ini Lovika ingin menyiram suami bocahnya itu dengan seember air got.

"Yang, aku nggak usah ikut OSPEK, ya?" Alka kembali merengek. Sejak semalam Alka memang sudah merayu Lovika agar mengizinkannya untuk tidak mengikuti kegiatan OSPEK hari ini. Jujur saja ia sedikitpun tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang di selenggarakan kampus barunya itu.

Bagi Alka di jaman ini OSPEK sudah mengalami pergeseran makna, jika dulu tujuan diadakannya OSPEK untuk mengenal, memahami lingkungan kampus sebagai suatu lingkungan akademis dan memahami mekanisme yang berlaku di dalamnya, serta menambah wawasan mahasiswa baru dalam penggunaan sarana akademik yang tersedia di kampus secara maksimal, lain halnya dengan sekarang, OSPEK hanyalah kegiatan penuh intimidasi, bullying, dan senioritas yang menurut Alka tidak penting dan hanya membuang-membuang waktu saja.

Apalagi selama berkegiatan, seluruh peserta OSPEK diwajibkan memakai atribut yang menurutnya memalukan dan merepotkan. Alka benar-benar tidak berminat.

Lovika terdiam beberapa saat, menatap wajah memelas suami bocahnya dengan perasaan bimbang. Ia mendesah, "Jadi beneran kamu nggak mau ikut OSPEK?"

Alka mengangguk. "Kalau boleh."

"Yaudah boleh."

"Serius, Yang?" Wajah Alka mendadak semringah.

Lovika mengangguk mengiyakan, sejurus kemudian ia menyeringai, "Tapi ... malam ini, besok dan seterusnya jangan harap lo dapat jatah," ucap Lovika, lantas bangkit meninggalkan Alka yang cengo di tempatnya.

"Lho, Yang, nggak bisa gitu dong. Yang!" Alka berteriak memanggil Lovika yang terus berjalan meninggalkannya.

"Bodo!" sahut Lovika tak peduli.

Alka panik, lampu peringatan di kepalanya sudah otomatis menyala. Ia harus siaga satu. Jika saja Lovika mengancam tidak akan memberikannya jatah makan, maka Alka tidak peduli, tapi ini lain cerita, istrinya itu mengancam tidak memberikannya jatah yang lain. Dan sudah dipastikan Alka tidak akan sanggup menerimanya.

Ya Tuhan ... Alka mengusap wajahnya frustrasi. Ia cepat-cepat bangkit dari tidurnya, bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sepertinya Alka tidak punya pilihan lain, selain harus menuruti perkataan istrinya.

Lebih baik menjalani hari yang menyiksa dari pada melewati malam yang merana, batin Alka dalam hati, nasib nasib. Haduh ....

♤♤♤°° Suami Bocah °° ♤♤♤

"Yang, aku berangkat. Kamu Baik-baik di rumah ya, kalau ada apa-apa telepon aku, oke?" cerocos Alka, lalu mengecup kepala Lovika setelahnya.

Lovika hanya mengangguk, kemudian mencium tangan suaminya dengan takzim.

"Bye, hati-hati, Sayang!" Ia melambaikan tangan pada Alka yang kini sudah duduk di depan kemudi mobilnya. Alka mengangguk, menampilkan senyuman seterang matahari sesaat sebelum memacu mobil miliknya meninggalkan basement apartment.

Melirik jam tangannya yang sudah menunjukan pukul tujuh lebih 15 menit, Alka menambah laju kecepatan mobilnya dengan perasaan gelisah. Ia terlambat, dan sudah dipastikan seniornya di kampus tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.

Alka mengumpat, tiba-tiba saja mesin mobil yang dikendarainya mati, padahal hanya tinggal beberapa meter lagi ia akan sampai di depan gerbang kampusnya.

Tanpa banyak berpikir lagi, Alka meraih tas dan semua atribut ospek yang tadi pagi di siapkan Lovika di atas jok belakang mobil. Ia turun dan berlari menuju kampus meninggalkan mobil CR-Z kesayangannya di pinggir jalan.

Saking terburu-burunya, Alka berlari tanpa memperhatikan jalan. Alka yang sibuk mengalungkan papan nama di lehernya tidak menyadari bahwa dari arah berlawanan ada sebuah motor yang melaju kencang ke arahnya.

Dan ... brukk! Alka terjatuh, ia merasakan seseorang mendorong tubuhnya hingga terjerembab di atas trotoar.

Seorang wanita cantik berkulit putih menyelamatkan nyawanya ....

M.P.B. 2 [Suami Bocah] 17+Where stories live. Discover now