M. P. B. 2. 29. Antara Cowok Bucin, Cowok Galon Dan Virus Corona.

4.7K 346 88
                                    

Lovika terdiam menatap nanar sekotak es krim dan cilok di hadapannya. Ia dilema. Antara harus mengikuti perintah Vita atau menuruti hatinya. Jika harus jujur, kakinya terlalu berat melangkah dan hatinya terlampau enggan untuk hanya sekedar membuang dua bungkusan tersebut ke dalam tong sampah.

Tempat Alka membeli dua makanan itu adalah sebuah kafe yang baru saja membuka cabang di Jakarta. Sebuah kafe unik, kekinian dan instagramable yang sudah satu minggu ini penampakannya memenuhi hampir seluruh beranda media sosial.

Bahkan, tadi pagi beritanya sampai masuk televisi. Banyak orang rela mengantri berjam-jam  hanya untuk bisa berfoto dan mencicipi hidangan khas kafe tersebut. Lovika yakin perjuangan suami bocahnya untuk mendapat dua makanan di hadapannya ini tidak mudah. Hati Lovika mendadak melow, merasa jadi istri terkejam di muka bumi.

Meraih kantong plastik,  Lovika bergegas pergi menuju dapur, hendak mengambil piring lengkap berserta sendoknya. Lovika sudah memutuskan, ia akan menghabiskan makanan yang telah dibelikan Alka dengan susah payah bagaimana pun kondisinya. Ia tak perduli jika es krimnya sudah mencair, ia juga tak peduli jika ciloknya sudah mendingin, bahkan suhunya sudah hampir sama dengan dinginnya semilir angin malam itu.

Setelah memindahkan es krim ke dalam gelas, dan cilok ke dalam piring, perlahan namun pasti, Lovika mulai menggerakkan tangannya untuk menyendok es krim. Dan, hap ... satu suapan berhasil lolos ke dalam mulutnya. Rasanya tidak buruk, walaupun sudah mencair, tapi masih bisa dinikmati.

Kali ini giliran garpu di atas piring yang Lovika raih, bermaksud menusuk salah satu pentol cilok untuk dicicipi. Air mata Lovika meluruh seketika seiring dengan kunyahan cilok di dalam mulutnya. Bukan, bukan karena rasanya yang tidak karuan, atau tekstur cilok yang sudah mengeras bak sendal jepit, namun tiba-tiba hati Lovika terasa ngilu, mendadak rindu, menggebu ingin berjumpa pada si pembeli cilok.

Kali ini ego dan gengsi yang dijunjungnya runtuh seketika hanya dngan sekotak es krim dan cilok. Dua makanan itu berhasil menelisik rindu yang selama ini ia endapkan di ruang paling gelap dalam hatinya. Mengusik rasa, merajai angan dan menginvasi hati.

Dadanya membuncah penuh sesal. Sisi malaikatnya mulai kembali. Sukmanya mulai berontak, berteriak dan meronta. Tak ingin lagi menipu, menyangkal apalagi memanipulasi keinginan hatinya.

Berhenti berkhianat pada rasa yang sesungguhnya.

Untuk kesekian kalinya Lovika harus mengakui, dirinya telah kalah oleh sesuatu yang di sebut cinta. Sesuatu yang acap kali membuatnya lapang dada, rela melakukan apapun tanpa pamrih, kecanduan, ketergantungan dan penuh energi. Entah kekuatan cinta memang sehebat itu, atau memang dirinya yang terlalau naif. Lovika tidak tau, namun faktanya ia memang sebucin itu.

Alka merajai hatinya, Alka melemahkan jiwanya dan Alka melumpuhkan logikanya.

Demi apapun. Lovika tak bisa lagi menampik. Ia pada suami bocahnya memang segila itu.

☆Suami Bocah☆

"Bangun, woii!"

Alka mengeliat kala merasakan tepukan kasar pada lenganya. ia sempat bergumam namun kembali memejamkan mata dengan damai setelah meraih guling dan memeluknya. Gaara yang merasa jengkel segera bangkit menuju kamar mandi, berniat mengambil segayung air sebagai  hadiah bagi adik  sepupunya yang meyebalkan itu. Bukannya Gaara kejam, hanya saja hari ini Alka benar-benar menguji kesabarannya.  Sudah tidak datang meeting  di kantor pagi ini dengan klien penting, ia juga sulit dihubungi dan kini ia malah tidur dengan lelapnya padahal jarum jam sudah menunjukan setengah 12 siang.

Menyelupkan telapak tangannya ke dalam gayung, Gaara menyeringai. Target utamanya adalah wajah Alka. Melumasi dahi, mata hingga pipi dengan air yang berada di dalamnya.

M.P.B. 2 [Suami Bocah] 17+Onde histórias criam vida. Descubra agora