M.P.B. 2. 16. Masa Lalu.

5K 407 132
                                    

Seorang gadis kecil berambut cepak tertunduk lesu, air matanya mengalir deras kala sekelompok anak lelaki di hadapannya mengejeknya tanpa henti.

"Masa cewek rambutnya cepak. Banci ya?" celetuk anak lelaki bertubuh tambun yang langsung disambut tawa menggelegar dari teman-temannya.

Vania kecil menggeleng, "Aku bukan banci, aku perempuan!" sergahnya dengan suara yang bergetar.

"Perempuan itu rambutnya panjang, bukan cepak apa lagi botak sebelah gitu."

Kali ini anak lelaki bertubuh jangkung yang menyahut membuat Vania mengepalkan tangannya erat.

Vania mendongak, dengan keberanian alakadarnya ia mengangkat tangan, mendorong anak lelaki bertubuh jangkung hingga terjerembab ke tanah.

Anak lelaki itu bangkit, lantas membalas mendorong Vania hingga punggung gadis kecil itu menubruk pohon nangka yang berada di belakangnya.

Ia kembali berjalan mendekati Vania, berniat memukulnya, namun pergerakan anak lelaki itu terhenti kala suara seseorang menginterupsi.

"Woii! Jangan ganggu dia!"

Alka yang tak sengaja melintas, berteriak kala melihat teman sekaligus tetangganya sedang dibully oleh sekelompok anak lelaki.

Keenam anak lelaki itu sontak terbirit kala melihat Alka berjalan cepat ke arah mereka dengan sebatang pohon singkong di tangan kirinya.

"Alva nggak apa-apa?" tanya Alka, khawatir.

Vania menggeleng membuat Alka seketika menghembuskan napasnya lega.

"Udah, nggak usah nangis lagi," titah Alka seraya melemparkan batang pohon singkong ke kebun yang berada di sampingnya, " ayo kita pulang!" Alka meraih tangan Vania dan menariknya, namun gadis itu malah menahannya dan berkata,

"Makasih ya, Al."

Alka menganguk dan tersenyum, tapi sejurus kemudian air mukanya berubah kesal. "Udah berapak kali aku bilang, jangan panggil aku Alka. Aku nggak mau. Panggil Aku Radit."

"Alva maunya panggil Alka."

Alka mendesis, "Kenapa harus Panggil Alka?"

"Karena Alka dan Alvania. Sama-sama A," jawab Vania semringah. Matanya berbinar sementara Alka mendengkus tak suka.

"Aku maunya dipanggil Radit, karena abang juga dipanggil Reyhan, dan aku maunya sama sama abang bukan kamu."

"Bodo!" serunya tak peduli. "Pokoknya aku tetep bakal Panggil kamu Alka, selamanya."

"Oke," tantang Alka tak mau kalah. "Alva panggil aku Alka, aku nggak mau main sama Alva lagi."

"Oke, kalau Alka nggak mau main sama Alva, Alva juga nggak mau bagi kamu kue coklat buatan ibu lagi, " sahut Vania. Ia memeletakkan lidahnya untuk mengejek Alka dan kemudian berlari meninggalkan Alka yang terdiam di tempatnya.

Alka mengacak rambutnya frustrasi, bagi Alka kue coklat buatan ibu Vania adalah kue coklat terenak di dunia. Kuenya yang lembut ditambah rasanya yang legit dan nikmat mampu membuat Alka selalu ketagihan dan ingi memakannya lagi dan lagi.

Selama ini Alka selalu rela melakukan apapun yang diminta Vania asalkan gadis itu mau berbagi jatah kue coklat miliknya untuk Alka, namun jika harus menukarnya dengan mengizinkan Vania mengubah nama panggilannya, Alka tidak mau, karena bagi Alka nama Radit itu adalah nama panggilannya yang paling cocok untuknya. Selain mirip dengan nama abangnya, nama Radit juga adalah nama pemberian dari almarhumah nenek Alka yang tak boleh diganggu gugat.

M.P.B. 2 [Suami Bocah] 17+Where stories live. Discover now