M . P. B. 17. Luka.

4.9K 423 187
                                    


Bagi Vania pelukan Alka hangat dan menenangkan, sensasinya masih sama seperti dulu. Hanya satu yang berbeda. Perasaan hatinya. Jika dulu, Vania mengangap Alka adalah sahabat, tetangga dan super hero yang selalu melindunginya dari bullyan anak-anak nakal, kini perasaanya telah berubah. Vania merasa ia telah jatuh cinta pada sahabat kecilnya itu, bahkan rasa itu hadir jauh sebelum Vania tau bahwa Alka yang telah menyelamatkan nyawanya di stasiun kereta adalah Alka yang sama yang selama ini selalu dirindukannya.

Melihat keadaan Vania, Alka merasa menjadi sahabat yang buruk bagi gadis itu, sahabat yang tega melupakan sahabatnya sendiri hanya karena sebuah kemarahan yang tak berdasar. Kemarahan karena merasa hidupnya menjadi sepi sebab Vania yang pergi meninggalkannya padahal mereka sudah berjanji.

Janji akan selalu bersama, janji sepasang anak SD kelas dua di sebuah taman dengan kaitan jari kelingking sebagai pengesahan.

Alka tersentak, pelukannya seketika melonggar kala mendengar suara dehaman seorang lelaki menginterupsi.

Tubuhnya menegang melihat Reyhan bersandar di balik pintu dengan tatapan mematikan andalannya. Ia semakin pias saat melihat kakak lelakinya itu menyeringai seraya berkata,

"Lo ... udah siap jadi duda?"

"Abang?" ucapnya dengan tubuh yang refleks menjauh dari Vania.

Mengabaikan Alka, Reyhan tersenyum, menatap tajam Vania sesaat lalu menyapanya, "Hai, Vania apa kabar?"

"Bang Reyhan," Vania tersenyum canggung, "Vania sehat, Bang Reyhan apa kabar?"

"Saya baik. Nggak kerasa ya, Vania udah besar sekarang. Cantik lagi."

Vania tersipu, ia salah tingkah. Dipuji cowok ganteng siapa juga yang tidak akan tersanjung.

"Sama kayak Alka ya, udah besar, ganteng...,"

Bibir Vania semakin merekah, mendengar lelaki pujaan hatinya ikut dipuji, namun hal itu tak bertahan lama karena Reyhan melanjutkan ucapannya.

"Udah punya istri malah," imbuhnya dan seketika membuat bibir Vania mengatup seketika. Terkejut.

Belum sempat Vania terlepas dari rasa terkejutnya, Reyhan kembali berbicara, "Saya boleh pinjam Alka sebentar, ada yang harus kita bicarakan, penting."

Vania hanya mengangguk samar karena kata-kata Reyhan yang bernada ambigu. Kalimat pertanyaan namun sepertinya lelaki itu tidak membutuhkan jawaban. Jika Vania tidak menjawab sekalipun, ia yakin Reyhan akan tetap membawa Alka menjauh dari dirinya.

"Ikut gue!"

Mendengar nada perintah tak terbantahkan dari kakak lelakinya, Alka hanya menurut tanpa perlawanan. Ia berjalan lunglai dengan hati resah mengikuti Reyhan yang kini sudah menghilang di balik pintu.

Menoleh pada Vania sebentar, melempar tatapan yang mengartikan bahwa semuanya akan baik-baik saja, walaupun pada kenyataannya Alka yakin semuanya tidak baik-baik saja.

☆ Suami Bocah ☆

"Duduk!"

Lagi-lagi Alka menurut saat Reyhan menyuruhnya. Berada di posisi yang salah membuat Alka menjadi tahu diri.

"Jelasin ke gue, apa alasan lo meluk cewek lain di saat lo udah punya istri, Al?"

Alka menghela napas dalam sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan Reyhan. "Gue ... gue refleks, Bang. Gue nggak tega lihat Vania nangis karena gue, gue--,"

"Tapi lo tega biarin istri lo nangis karena lo."

Alka tercekat, matanya membelalak. "Maksud lo?"

M.P.B. 2 [Suami Bocah] 17+Where stories live. Discover now