M. P. B. 2. 26. #Misi pertama

4.4K 314 24
                                    

"Assalamualaikum."

Alka mengguguh pintu besar di hadapannya, hanya berkisar beberapa detik terdengar sahutan dari sang empunya rumah.

Bibir Vita merekah indah seiring dengan daun pintu yang terbuka lebar. Alka balas tersenyum, lantas bergegas mencium tangan ibu mertuanya dengan takzim.

"Alka, akhirnya dateng juga," seru Vita semringah, "ayo masuk, Nak," imbuhnya seraya menarik lengan Alka dengan semangat.

Vita merenggut bingung saat Alka menahan langkahnya. "Kenapa, Al?"

"Mommy ... nggak marah sama Alka?"

Sesaat Vita terdiam menatap wajah menantunya yang tampak layu, raut menyesal kentara jelas dalam wajahnya.

"Mommy percaya sama Alka."

Vita mengelus lengan Alka dengan lembut dan melempar senyum hangat setelahnya. Berhasil, hati Alka berangsur tenang, kalimat serta senyuman yang diberikan mertuanya sangat berpengaruh. Kegelisahan serta rasa bersalah yang meliputi dadanya meruai secara perlahan.

"Mommy yakin, Alka sayang sama Vika. Alka nggak mungkin nyakitin Vika. Iya kan, sayang?"

Alka menganguk. Bibirnya refleks menyungingkan senyuman seterang matahari kepada Vita. Alka merasa sangat beruntung mempunyai mertua sebaik itu. Mendadak rasa bersalah kembali menyembul kepermukaan. Allah dengan segala kemurahan hatinya telah menganugrahkan Alka sepasang mertua baik dan pengertian, namun dengan brengseknya  ia malah menyakiti anak kesayangan mereka.

"Mommy udah liat video itu?"

Vita menganguk mantap. "Mommy udah lihat, Mommy juga udah denger kebenarannya dari Vania."

"Vania?" tanya Alka sedikit terkejut.

"Iya, Vania. Tadi dia datang ke sini untuk ketemu Vika. Katanya sih sempat ke apartemen tapi kalian nggak ada di sana."

Alka terdiam. Keningnya mengkerut, sedang berpikir. Kini ia tahu, siapa orang yang menekan bel pintu apartemen beberapa menit sebelum bundanya datang. Vania.

"Terus Vika mau ketemu, mom?"

Vita menggeleng pelan sebagai jawaban. "Vika nggak mau keluar kamar, jadi mommy yang nemuin Vania. Dia udah cerita semuanya ke mommy dan mommy mengerti. Andaikan Vika mau ketemu Vania, Mommy yakin pasti dia juga akan mengerti.

"Kamu yang sabar ya, Al." Lagi-lagi Vita mengelus lembut lengan Alka, berharap bisa menyalurkan kekuatan untuk menantu bocahnya itu.

"Vika kan lagi hamil, jadi lebih labil dan sensitif dari biasanya. Itu hal biasa sebenarnya, mommy harap Alka lebih sabar lagi ya buat hadapin Vika."

"Iya mom," sahut Alka seraya tersenyum hangat, memandang wajah Vita dengan bangga dan penuh kasih. "Makasih ya, mom. Mommy adalah mertua terbaik sedunia. Alka sayang sama mommy," lanjutnya dramatis kemudian memeluk Vita dengan erat.

Vita terkekeh merasa gemas dengan tingkah menantunya. Sudah ganteng, imut, lucu pula. Beruntung banget putrinya mendapat suami dengan kualitas grade A seperti Alka. Ia yakin cucunya nanti pasti tak akan kalah menggemaskan dengan ayahnya. Ah ... Vita jadi tidak sabar menunggu kelahiran cucunya itu.

"Mommy juga sayang sama Alka." Vita membalas dekapan menantunya. Entahlah dengan posisnya seperti ini ia merasa Alka bukan lagi menantunya tapi lebih dari itu. Jika merujuk pada umur Alka yang baru akan menginjak 20an, sepantasnya Alka menjadi putranya, Adik dari Lovika bukan malah menantunya. Lama memikirkan hal itu membuat Vita merasa geli sendiri.

Ah sudahlah, terlepas dari hal itu, saat ini yang paling penting adalah kualitas rumah tangga keduanya, kebahagiaan dan keharmonisan di dalamnya. Umur hanya sebuah angka, tak bisa menjadi tolak ukur sebuah kualitas.

M.P.B. 2 [Suami Bocah] 17+Where stories live. Discover now