M. P. B. 18. Pembalasan.

7.4K 466 194
                                    

Tok tok!

Alka mengguguh pintu kamar dengan gelisah tanpa henti. Pikirannya kacau, Lovika tak kunjung membuka pintu untuknya. Rasa bersalah yang kian menggunung membuatnya tak tahan untuk hanya sekedar berdiam di depan pintu, menunggu.

Tak habis akal, Alka berjalan keluar menuju taman belakang. Berniat memasuki kamar melalui lubang jendela. Berhasil, Lovika yang tidak sadar akan jendela yang tidak terkunci tak mampu mencegah suami bocahnya sampai di dalam kamar persembunyiannya.

 Berhasil, Lovika yang tidak sadar akan jendela yang tidak terkunci tak mampu mencegah suami bocahnya sampai di dalam kamar persembunyiannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bermaksud menghindar, Lovika bergegas memutar kunci untuk membuka pintu. Ia tercekat, kala merasakan dekapan erat pada tubuhnya. Alka pelakunya, cowok itu menahan langkah Lovika dengan  melingkarkan lengannya.

"Yang, please. Aku mohon, maafin aku," lirih Alka seraya menempelkan dagu miliknya di atas bahu Lovika. "Please, dengerin penjelasan aku dulu," imbuhnya lagi.

Lovika tak menyahut, perempuan itu  hanya bergerak random, berusaha melepaskan diri.

"Lepasin!" ketus Lovika, namun tak sedikitpun membuat Alka tak bergeming, cowok itu tetap mengeratkan pagutannya pada tubuh lovika.

"Lepasin, Al," pinta Lovika kesal.

"Enggak, Yang. Sebelum kamu denger penjelasan aku," jawab Alka tak mau mengalah.

Lovika berdecak semakin kesal, suami bocahnya ini benar-benar tak tau diri, sudah salah, keras kepala pula. Rasanya Lovika ingin memukulnya dengan pentungan saat ini juga.

Baru saja hendak mengumpat, bibir Lovika kembali mengatup kala mendengar ibu mertuanya mengetuk pintu. Menyerukan namanya dan juga Alka.

"Vika,  Alka, Yasinannya udah mau mulai, Bunda tunggu di ruang tamu ya."

Lovika melirik sinis cermin yang menampilkan refleksi wajah Alka. Matanya menatap nyalang pada Alka yang saat itu juga tengah menatap dirinya pada pantulan cermin. Membuat pandangan keduanya beradu.

"Lo lepasin gue, atau gue bakal bilang ke bunda kalau lo udah nyakitin gue!" ancam Lovika telak, membuat Alka secara impulsif melepaskan pelukannya.

Alka pasrah, ia tidak ingin membuat permasalahan yang dihadapinya semakin besar. Jika bundanya sampai tahu, Alka yakin semuanya akan menjadi rumit, dan tidak menutup kemungkinan jika Lovika mengadu bahwa dirinya telah memeluk perempuan lain selain istrinya, Alka yakin bundanya akan murka saat itu juga.

Mengutuknya jadi bantu atau menodongnya dengan sapu ijuk sambil berkata, "Alka, awas ya, Bunda masukin lagi ke perut, tau rasa kamu!" Memang itu hal yang tidak mungkin terjadi, tapi bagi Alka dua hal itu ada hal yang paling menyeramkan, karena bundanya hanya akan melakukan dua hal tersebut di saat kemarahannya sudah dalam level yang paling tinggi.

Membayangkannya saja sudah horor apa lagi sampai mengalaminya.

Alka terduduk lemas kala Lovika berjalan meninggalkannya, keluar dari kamar. Ia memejamkan mata, merasakan penyesalan yang semakin menyesakan rongga dadanya. Entah apa yang bisa membuat Lovika  memaafkankannya, sampai saat ini Alka belum tahu. Pikirannya semrawut dan otaknya buntu. Tidak bisa berpikir jernih.

M.P.B. 2 [Suami Bocah] 17+Where stories live. Discover now