M. P. B. 2. 28. The Failed Mission.

4.2K 344 68
                                    

Malam ini langit tampak lebih gelap dari biasanya. Wajahnya tampak muram, tak bercahaya. Tak ada remang rembulan, tak ada bintang berkelip hanya sesekali sang petir menyapa, bersahutan meneriakan suara yang mampu menggetarkan kalbu, memekakkan telinga diiringi kilatan yang menyilaukan mata.

Alka mengeratkan jaket kala semilir angin menerpa, menulusup ke dalam tubuh hingga menusuk tulang. Ia mendongak menatap langit lantas memejamkan mata berusaha menikmati hembusan angin yang membelai mesra wajahnya.

Perlahan namun pasti bibir Alka merekah, merasakan sentuhan lembut di atas perut. Pelukannya hangat hingga mampu menembus kedalam hati, menjalari dada dan bermuara di jantung, membut detaknya tak lagi seirama. Meretas sepi, menghangatkan jiwa dan menerpa kegundahan. Luruh tak tersisa.

Malaikat yang dinantinya telah tiba, sebagian jiwanya telah kembali. Rindunya kini bertepi. Alka berbalik, memutar tubuh hingg berhadapan denga Lovika. Bibirnya semakin melebar membalas senyuman manis nan menyejukan milik pujaan hatinya.

"Yang, aku minta maaf."

Lovika menganguk.

"Sayang, kamu maafin aku kan?"

Lagi-lagi Lovika menganguk dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

"Kamu nggak marah lagi kan sama aku?" tanya Alka lagi seraya menangkup wajah Lovika dengan tangannya. Sedetik kemudian Alka tersenyum karena kembali mendapat anggukan yang ketiga kali dari Lovika.

"Makasih, Sayang, i love you."

Alka memeluk Lovika, mendekapnya dengan segala rasa. Rasa rindu yang hampir pada batasnya, kuat dan tak terbendung, rasa bahagia yang membuncah, meruah dan menginvasi jiwa, dan rasa haru yang menyayat hati, menguras emosi.

Mendadak dunia seakan berhenti, pelukan yang disuguhkan Lovika untuknya begitu nyaman, hangat dan menenangkan. Melenyapkan segala keresahan. Jiwa yang selama ini terombang-ambing kini berpulang ke tempatnya. Apartemen memang tempat di mana dirinya berteduh, namun bagi Alka rumah yang sesungguhnya adalah pelukan Lovika. Tempat ternyaman ke dua di dunia setelah bundanya.

"Yang, pulang. Please, jangan tinggalin rumah kita lagi."

Alka terisak, air matanya meluruh tanpa perlawan. Terlalu larut dalam emosi. Biarlah Lovika menganggap dirinya cengeng, Alka tak perduli, yang terpenting saat ini, hatinya melega, kini istri kesayangannya telah memaafkannya.

"Aku rindu, Yang."

Lovika tersenyum, "Berat nggak?"

Alka menganguk, "Iya, aku nggak kuat."

"Yaudah, jangan. Biar aku aja," balasnya lalu terkekeh. Alka ikut tertawa. Wajahnya berseri, momen yang dirindukannya kini telah kembali.

"Yang."

"Hm ...."

"Mau cium, boleh?"

Lovika mengangkat salah sebelah alisnya," Wani piro?"

"Piro wae," tantang Alka membuat Lovika seketika menyeringai."

"Ceban aja deh."

"Kok murah banget?"

"Mayanlah buat beli sekoteng. Malam-malam gini enak kali ya makan itu."

"Yaudah berarti aku pesen sepuluh. 10 kali ceban ... hmm ... seratus ribu doang."

Lovika mengerutkan keningnya, "Apanya pesen sepuluh?"

"Ciumnyalah."

Blush, pipi Lovika merona, dan Alka terkekeh menyaksikannya.

M.P.B. 2 [Suami Bocah] 17+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang